Intisari-Online.com - Seperti apa isi Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani di awal kemerdekaan Indonesia?
Hari ini 76 tahun lalu, Indonesia merdeka dan membebaskan diri dari penjajahan bangsa lain.
Namun, deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 itu sempat tak diakui Belanda.
Bagi Belanda, di Indonesia saat itu masih terjadi kekosongan kekuasaan setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II.
Belanda pun ingin kembali berkuasa di Indonesia, sehingga memicu konflik Indonesia-Belanda.
Perlawanan dilakukan rakyat daerah dengan kedatangan kembali Belanda.
Sementara itu, upaya penyelesaian melalui jalur diplomasi dilakukan pemerintah Indonesia.
Perjanjian Linggarjati merupakan salah satunya, yang diawali pertemuan perwakilan Indonesia-Belanda antara tanggal 11-15 November 1946.
Meski perundingan Linggarjati selesai pada 15 November 1946, namun penandatangannya membutuhkan waktu yang lama.
Perjanjian Linggarjati baru ditandatangani Indonesia dan Belanda pada 25 Maret 1947.
Dalam rentang waktu tersebut, para delegasi melakukan perbaikan isi perjanjian agar kedua belah pihak menemui titik temu.
Delegasi Indonesia di antaranya Sutan Syahrir, Mohammad Roem, Susanto Tirtoprodjo, dan Adnan Kapau Gani. Sementara Belanda diwakili Wim Schermerhon, Max Van Poll, dan HJ Van Moook.
Lalu, apa isi Perjanjian Linggarjati yang akhirnya disepakati kedua belah pihak?
Berikut ini isi Perjanjian Linggarjati:
Saat itu, dengan disepakatinya isi Perjanjian Linggarjati, konflik Indonesia dan Belanda dianggap selesai.
Namun rupanya tak butuh waktu lama untuk mematahkan hal tersebut.
Perjanjian Linggarjati justru seolah hanya memberikan waktu untuk Belanda mempersiapkan agresi militer.
Hanya empat bulan setelah perjanjian ini disepakati, tepatnya 20 Juli 1947, Belanda menyatakan tidak terikat lagi dengan perjanjian Linggarjati.
Sehari kemudian, pada 21 Juli 1947, terjadi Agresi Militer Belanda I, yaitu serangan dari Belanda ke wilayah Indonesia.
Konflik antara Indonesia dan Belanda pun kembali memanas dan diperlukan solusi lain untuk menyelesaikannya.
Di sisi Indonesia, ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati sendiri menuai perdebatan.
Bahkan, salah satu dampaknya membuat Sutan Syahrir dianggap memberikan dukungan pada Belanda.
(*)