Intisari-Online.com - Setelah konflik selama 20 tahun lamanya, pasukan AS ditarik dari Afghanistan.
Laporan pasukan AS ditarik dari Afghanistan berdasarkan perintah dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Namun siapa yang sangka penarikan semua pasukan asing di negara itu lantas membuat Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Ya, pada Minggu (15/8/2021) kemarin, Taliban sukses menguasai Kabul, ibukota Afghanistan dan menguasai Istana Presiden.
Ketika kelompok militan itu merebut ibu kota Kabul, mereka pun segera menguasai negara sepenuhnya.
Jika Taliban merebut kendali kekuasaan, mereka dapat memiliki akses ke kekayaan mineral Afghanista yang sangat besar.
Hal itu menurut survei parsial yang dilakukan oleh Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Afghanistan pada tahun 2017.
Survei menemukan Afghanistan memiliki mineral langka dan mahal yang penting untuk manufaktur industri.
Survei menemukan sumber daya alam termasuk tembaga, emas, uranium, dan bahan bakar fosil.
Ketika survei ini pertama kali dilakukan pada tahun 2017, berita tersebut disambut baik oleh pemerintah Afghanistan.
Ini karena sumber daya ini membuat negara tersebut siap untuk pembangunan infrastruktur.
Akses ke sumber daya alam dapat meningkatkan ekonomi suatu negara dan membantu mendanai rekonstruksinya.
Tetapi ketika pasukan Taliban mengambil kembali kekuasaan, maka secara otomatis sumber daya ini dapat jatuh ke tangan mereka.
Dilansir dari express.co.uk pada Selasa (17/8/2021), dalam survei parsial, kekayaan mineral negara itu diperkirakan mencapai 3 triliun Dollar AS (Rp43,161 triliun).
Meskipun demikian, industri pertambangan di Afghanistan tampaknya menjadi sektor yang merugi.
Setiap tahun pemerintah Afghanistan kehilangan sekitar 300 juta Dollar AS pendapatan dari pertambangan menurut Aljazeera, dan hanya menyumbang tujuh hingga 10 persen dari PDB Afghanistan.
Bisakah Taliban mendapat manfaat dari sumber daya alam negara itu?
Pemerintah Afghanistan gagal menghasilkan banyak keuntungan dari sumber daya alamnya.
Nematullah Sediqi, seorang pemilik tambang Afghanistan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa keamanan yang buruk, korupsi, kurangnya kerangka hukum yang tepat telah mencegah pengembangan sektor pertambangan.
Dalam kekacauan yang akan terjadi setelah Taliban merebut kekuasaan, kecil kemungkinan mereka akan dapat mengakses sejumlah besar sumber daya alam yang dilaporkan dimiliki negara itu.
Pemerintah Afghanistan sendiri berjuang untuk mendapatkan investor luar sehingga tanpa bantuan yang signifikan.
Dan tampaknya Taliban juga tidak akan dapat mengekstraksi sumber daya alam dari Afghanistan.
Bagaimana soal ekonomi Afghanistan?
Bank Dunia mengatakan: "Ekonomi Afghanistan dibentuk oleh kerapuhan dan ketergantungan bantuan".
Sektor terbesar Afghanistan tampaknya adalah Pertanian dan produksi tekstil kapasnya.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR