Intisari-online.com -Hidup di salah satu negara paling berbahaya di dunia, nasib Haji dan keluarganya jauh dari rasa aman.
Sudah bertahun-tahun sejak Haji dan istrinya bisa tidur nyenyak.
"Setiap malam, istri saya terbangun," ujar Haji. "Ia ketakutan. Jika mendengar seseorang datang, ia memanggil saya. 'Haji, seseorang datang!'"
Istrinya mengatakan hal pertama yang ia lakukan adalah menyembunyikan anak mereka.
"Kemudian aku bangun dan pergi ke pintu untuk melihat apa yang terjadi. Jika ada Taliban, aku mengatakan tidak ada orang di rumah," ujar wanita itu.
Bahasa Inggris Haji telah jadi tentatif sejak ia bertemu dengan media CNN 10 tahun yang lalu selama masuknya Pasukan Marinir AS ke Afghanistan.
Namun kini ia hanya meminta tolong untuk dipulangkan, dengan pesan yang sangat jelas.
"Jika Taliban menemukan saya, mereka akan membunuh saya dan keluarga saya karena saya dulunya penerjemah bersama Marinir AS."
Bahaya yang dihadapi Haji dan keluarganya tumbuh setiap hari dengan Taliban mengklaim lebih banyak wilayah sepanjang negara tersebut.
Ia sudah berusaha melarikan diri ke AS melalui program visa untuk penerjemah, tapi terus-terusan gagal.
Padahal ia sudah berulang kali dibantu dari setengah lusin pasukan Marinir AS.
Haji adalah seorang "penerjemah perang".
Ia ditugaskan di provinsi Helmand, pusat ketegangan.
Ia hidup berpatroli dengan Tentara AS, menerjemahkan saat mereka mencari kendaraan, berbicara kepada warga lokal dan mewawancarai orang yang dicurigai anggota Taliban.
Hal tersebut malah membuatnya hidup mempertaruhkan nyawa.
Ia dan keluarganya telah bersembunyi selama 5 tahun, takut tertangkap.
Ketakutannya ditambah dengan berita semua provinsi sudah jatuh ke tangan Taliban.
Taliban dikenal tanpa ragu membunuh warga Afghanistan yang membantu AS.
Ribuan penerjemah telah menjadi target dari kelompok militan ini.
Melarikan diri dari Taliban
Dilansir dari CNN yang berhasil mewawancarai Haji di lokasi rahasia di luar Kabul, ia sedang dalam proses memasukkan pendaftaran ketiga untuk visa ke AS.
Sementara beberapa koleganya dari Marinir kembali dari penugasan mereka untuk medali, Haji tetap di Afghanistan, berharap jasanya akan bisa membuatnya pindah ke AS.
"Jika saya tidak mendapat visa, saya tahu saya pasti akan mati."
Ia telah menggantungkan harapan ke program Special Immigrant Visa (SIV) yang dirancang untuk menghadiahi penerjemah Afghanistan.
Namun dengan 2 pendaftaran dan 6 tahun kemudian, Haji masih belum diterima oleh AS.
Rupanya program SIV tidak hanya diikuti 1-2 orang tapi lebih dari 10 ribu warga Afghanistan macet dalam proses pendaftarannya dan sekalipun berhasil harus menunggu 4 tahun untuk lolos.
Haji sudah ditolak 2 kali, dan ia tidak paham mengapa.
Penolakan pertama mengutip "informasi menghina" terkait kasusnya, sedangkan penolakan kedua karena "kurangnya jasa yang ikhlas dan berharga".
Namun surat rekomendasi terus bergulir dari berbagai tentara Marinir dan Angkatan Darat AS, yang menjunjung etika kerja dan perannya melawan operasi musuh.
Salah satu kemungkinan ia ditolak adalah karena surat kerja dari kontraktor swasta yang memasok militer dengan penerjemah, mengatakan "pengabaian pekerjaan" yang artinya Haji dipecat dari pekerjaan tersebut.
Haji sendiri mengklaim pemecatannya tidak adil, bahwa kontraktor menghentikan pekerjaannya setelah pos pemeriksaan Taliban membuatnya tidak dapat kembali bekerja untuk sementara waktu.
Hidupnya berpindah-pindah agar terus bisa lari dari Taliban, sementara anak-anaknya sama sekali tidak bisa bersekolah.
Haji dan istrinya tidak sadar bahayanya menjadi penerjemah bagi pasukan AS saat mendaftar pekerjaan mengerikan itu.
"Saya sangat senang ia bekerja dengan Amerika. Hidup saya menyenangkan, baju bagus, makanan enak dan minuman menyegarkan," ujar istrinya.
Pentingnya lagi, Haji tidak menyangka Taliban akan berkuasa kembali.
"Saat kami bekerja dengan mereka, kami tidak berpikir penarikan AS dari Afghanistan akan membahayakan kami."