Intisari-Online.com - Laporanmiliter Amerika ditarik dariAfghanistan sudah resmi ketikaPresiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyetujuinya.
Akan tetapi pemerintah AS tidak tahu bahwa ketikamiliter Amerika ditarik dariAfghanistan, malah negara itu semakin porak-poranda.
Ini karena Taliban langsung bergerak cepat.
Kelompok teroris itu dilaporkan mengincar orang-orang yang pernah bekerja dengan militer AS.
Seperti kisah mantanpenerjemah militer AS.
Dilansir darisputniknews.com pada Minggu (25/7/2021), konon pria itu telah menjadipenerjemah lokal militer AS selama 16 bulan dan telah mencari suaka di AS untuk alasan keamanan.
Tapi dia ditolak Visa Imigran Khusus (SIV) karena dia telah dipecat pada 2012 setelah gagal dalam tes poligraf standar.
Dia tidak pernah menerima penjelasan mengapa dia gagal dalam poligraf.
Lalu Sohail Pardis, namamantan penerjemah lokal militer AS itu, mendadak diserang di luar Kabul.
Tak lama dia dilaporkan dipenggal oleh gerilyawan Taliban.
Berita pembunuhan brutalnya langsung telah memicu ketakutan baru di antara para penerjemah, yang takut akan serangan ketika tentara koalisi Barat mundur dari Afghanistan.
Mengutip anggota keluarga almarhum, outlet berita menyatakan bahwa dia ditembak dan diseret dari kendaraannya ketika mencoba melarikan diri dari penghalang jalan Taliban di sebuah jalan di Khost.
Saksi-saksi tragedi dilaporkan mengatakan kepada Bulan Sabit Merah bahwa para pejuang Taliban menembak mobilnya sebelum berbelok dan berhenti.
Pardis lalu ditarik dari mobilnya dan dipukuli, ditembak, lalu dipenggal.
Menurut laporan itu, Pardis yang berusia 30 tahun telah memberi tahu temannya hanya beberapa hari sebelumnya bahwa dia menerima ancaman pembunuhan dari Taliban.
Itu setelah mereka mengetahui bahwa dia telah membantu Angkatan Darat AS selama kampanye mereka di negara itu.
"Mereka mengatakan kepadanya bahwa Anda adalah mata-mata untuk Amerika."
"Anda adalah mata Amerika dan Anda kafir, dan kami akan membunuh Anda dan keluarga Anda," kata teman dan rekan kerjanya dikutip dalam laporan tersebut.
Sebelum pemerintah AS menawarkankepadawarga Afghanistan yang bertugas untuk militer AS untuk pindah ke AS.
Namun mereka harus melakukan serangkaian tespendeteksi kebohongan.
Hasilnya ratusan penerjemah gagal dalam tes dengan alasan mereka tidak dapat diandalkan.
Dengan demikian, kontrak mereka diduga dihentikan danpemerintah AS juga telah menyatakan bahwa kasus tersebut tidak akan ditinjau.
Secara total, sekitar 18.000 warga Afghanistan yang bertugas untuk militer AS telah mengajukan permohonan SIV, yang memungkinkan mereka untuk memasuki negara itu.
Tapi karena masih diproses, mereka masih berada diAfghanistan.
Sementara setidaknya tujuh mantan penerjemah militer AS terbunuh tahun ini.
Sehingga jumlah total mantan penerjemah militer AS yang terbunuh menjadi lebih dari 350 sejak 2014.