Baca Juga: Kemerdekaan Sudah Diraih 76 Tahun yang Lalu, Inilah Peran Anak Sekolah Mengisi Kemerdekaan
Menghadapi serangan Jepang di Kupang adalah pasukan dari Batalyon 2/40 Australia, satu skuadron pesawat pengebom Hudson Angkatan Udara Australia (RAAF), baterai artileri pantai Australia, dan 1.000 tentara Belanda.
Sementara itu, inilah komando Australia yang pertama menghalau serangan skala besar Jepaang di wilayah Timor Leste yang saat itu dikenal sebagai Timor Portugis.
Mereka adalah Kompi Independen 2/2 Australia yang telah dikirim ke bagian Portugis dari pulau Timor sebelum serangan Jepang.
Meski akhirnya berhasil dipukul mundur, mereka sempat melakukan perlawanan yang sengit selama kurang lebih setahun.
Baca Juga: Kemerdekaan Sudah Diraih 76 Tahun yang Lalu, Inilah Peran Anak Sekolah Mengisi Kemerdekaan
Mereka tidak secara langsung menentang invasi tetapi bertindak sebagai kekuatan gerilya, berjibaku menghalau Pasukan Jepang dengan bantuan penduduk setempat.
Melansir ABC News (25/4/2021), salah satu dari Kompi Independent 2/2 yang masih tersisa, Keith Hayes, 95 tahun, menceritakan kisah luar biasa tentang bertahan hidup berkat bantuan wanita Timor.
Dua belas jam setelah Jepang mengebom Darwin, mereka mendaratkan 5.000 tentara di pulau Timor.
Pasukan komando Australia, yang sudah berada di Timor yang bermarkas di pegunungan di luar Dili, tidak mengetahui kedatangan pasukan Jepang.
Baca Juga: Kemerdekaan Sudah Diraih 76 Tahun yang Lalu, Inilah Peran Anak Sekolah Mengisi Kemerdekaan
Pagi hari setelah Jepang mendarat, Hayes yang berusia 20 tahun adalah salah satu dari 15 pria yang pergi ke Dili dengan truk untuk mengambil persediaan.
Meskipun pangkalan gunungnya hanya 11 kilometer dari Dili, saat itu kabut tebal menghalangi seorang pemberi isyarat untuk menyampaikan pesan.
Signaller Bryant Gannon mati sia-sia saat dia menyalakan lampu Lucas untuk memperingatkan pangkalan.
Lima belas orang Australia jatuh ke dalam penyergapan dan ditangkap.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR