Intisari-Online.com -Sejak 1 Agustus hingga 14 Agustus 2021 mendatang militer Indonesia, khususnya TNI Angkatan Darat akan melakukan latihan bersama dengan tentara Amerika Serikat.
Sampai saat ini, setidaknya dihitung pada kedatangan mereka pada 24 Juli, sudah ada 330 tentara AS yang tiba di tanah air.
Jumlah tersebut dipastikan akan bertambah berkali-kali lipat dalam beberapa waktu ke depan.
Sebab, jika sesuai dengan rencana, maka jumlah tentara AS yang akan terlibat dalam latihan bertajuk Garuda Shield ini akan berjumlah 2.282 personel.
Sementara dari Indonesia sebagai pihak tuan rumah, akan ada 2.246 personel TNI Angkatan Darat yang bergabung.
Merujuk pada jumlah tersebutlah maka tidak heran Garuda Shield digadang-gadang sebagai latihan terbesar dalam sejarah kerja sama TNI AD dan militer AS.
Latihan ini sendiri diketahui akan diselenggarakan di tiga pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Ketiga pulau ini nantinya masing-masing akan akan diwakili oleh Baturaja, Amborawang, dan Makalisung.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa menyatakan bahwa latihan bersama ini dihelat dalam rangka meningkatkan kerja sama dan kemampuan prajurti TNI AD.
Banyak pihak mesinyalir Garuda Shield sebagai sebuah ajang penegasan posisi Indonesia di Laut China Selatan.
Meski wilayah Nusantara tidak termasuk dalam kawasan yang diklaim China di LCS, kapal-kapal China beberapa kali memasuki wilayah Indonesia tanpa izin.
Dengan latihan ini, menurut beberapa pakar, Indonesia ingin menegaskan bahwa mereka menentang posisi China di LCS.
Meski pemerintah dan pihak TNI AD menentang pendapat-pendapat tersebut, analis pertahanan dan militer, Connie Rahakundini Bakrie justru mempertanyakan latihan gabungan Garuda Shield.
"Karena harus diingat, kebijakan pertahanan itu erat kaitannya dengan arah kebijakan luar negeri," ujar Connie, seperti dikutip dari Antara, Kamis (5/8/2021).
Connie pun kemudian mengingatkan sekaligus menegaskan bahwa Indonesia hingga saat ini masih teguh menganut konsep nonblok.
Bahkan, demi tetap menguatkan label tersebut, Connie pun menyarankan militer Indonesia juga melakukan latihan gabungan dengan musuh-musuh AS.
Menurut Connie,Indonesia harus segera membuat Garuda Dragon Shield dengan China atau Garuda Bear Shield dengan Rusia sebagai perwakilan negara-negara non-coalition of the willing.
Namun, nampaknya keinginan Connie agar Indonesia tetap pada citra diri sebagai negara nonblok sedikit terlambat.
Sebab, ternyata China memberikan respons langsung yang sangat keras terhadap latihan Gabungan Garuda Shield.
Bak tak sudi kedudukannya di wilayah Asia Pasifik, terutama Asia Tenggara diganggu AS, China pun bersiap memberikan 'balasan'.
China, menurutGlobal Times,kini tengah bersiap melakukan latihan militer tandingan.
Mereka akan menggelar latihan militer tersebut di zona pembatasan navigasi yang luas.
Zona eksklusi ini sendiri diketahui membentang dari perairan di tenggara Pulau Hainan hingga Kepulauan Xisha.
Global Times, media yang dikelola pemerintah China, bahkan menyebut militer Tionghoa menyiapkan sesuatu yang besar dalam latihan tersebut.
'Sesuatu yang besar' tersebut tidak lain berupa rencana PLA (tentara China) untuk meluncurkan rudal balistik anti-kapal.
Senjata yang menjadi salah satu titik yang ditakuti AS dan sekutunya tersebut pernah unjuk gigi langsung di Laut China Selatan.
Jika sampai kabar tersebut benar-benar terjadi, maka alarm tanda bahaya akan berbunyi terkait hubungan Indonesia dan China.