Intisari-Online.com -Senin (2/8/2021), Jerman mengirim kapal perang ke Laut China Selatan.
Itu adalah yang pertama kalinya dalam hampir dua dekade.
Artinya, Jerman bergabung dengan negara-negara Barat lainnya dalam memperluas kehadiran militernya di kawasan itu di tengah meningkatnya kekhawatiran atas ambisi teritorial China.
Seperti diketahui, China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan dan telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan di perairan yang mengandung ladang gas dan penangkapan ikan yang kaya.
Angkatan Laut AS, dalam unjuk kekuatan melawan klaim teritorial China, secara teratur melakukan apa yang mereka sebut operasi "kebebasan navigasi".
Operasi itu melibatkan kapal AS melewati beberapa pulau yang diperebutkan.
Tentu saja China menolak misi AS tersebut.
China mengatakan mereka tidak membantu mempromosikan perdamaian atau stabilitas.
AS memang telah memfokuskan penentangan terhadap aksi China dalam kebijakan keamanan nasionalnya.
AS bahkan berusaha untuk menggalang mitra dengan negara-negara lain.
Hal itu bertujuan untuk melawan apa yang dikatakannya sebagai kebijakan ekonomi dan luar negeri Beijing yang semakin memaksa.
Sementara itu, para pejabat di Berlin mengatakan angkatan laut Jerman akan tetap berpegang pada rute perdagangan umum.
Fregat itu juga tidak diharapkan untuk berlayar melalui Selat Taiwan, seperti aktivitas reguler yang dilakukan AS yang dikutuk oleh Beijing.
Namun demikian, Berlin telah memperjelas misi tersebut untuk menekankan fakta bahwa Jerman tidak menerima klaim teritorial China.
Saat ini, Jerman berada di persimpangan antara misi keamanan dan kepentingan ekonominya karena China telah menjadi mitra dagang terpenting Berlin.
Bagaimanapun, ekspor Jerman ke China telah membantu mengurangi dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi terbesar di Eropa itu.
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer melakukan kunjungan ke pelabuhan Wilhelmshaven untuk melihat kapal perang fregat Bayern dalam perjalanan tujuh bulan yang akan membawanya ke Australia, Jepang, Korea Selatan dan Vietnam.
Kapal itu diperkirakan akan melintasi Laut China Selatan pada pertengahan Desember.
Misi itu menjadikannya sebagai kapal perang Jerman pertama yang melewati wilayah itu sejak 2002.
dikutip Reuters, Kramp-Karrenbauer mengatakan, "Kami ingin hukum yang ada dihormati, rute laut dapat dilayari secara bebas, masyarakat terbuka dilindungi dan perdagangan mengikuti aturan yang adil."