Peraih Medali Emas Termuda Cabang Bulu Tangkis Olimpiade, Apriyani Rahayu Pernah 'Bertaruh' 3 Bulan di Awal Karier untuk Buktikan Kemampuannya

Khaerunisa

Editor

Apriyani Rahayu
Apriyani Rahayu

Intisari-Online.com - Pebulu tangkis muda Apriyani Rahayu berhasil meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 bersama pasangannya Greysia Polii.

Pasangan ganda putri cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiada Tokyo 2020 tersebut berhasil mengalahkan pasangan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dari China di partai final, Senin (2/8/2021).

Greysia Polii/Apriyani Rahayu menang dua gim langsung dengan skor 21-19, 21-15 dalam tempo 55 menit.

Kemenangan tersebut menjadikan Greysia Polii/Apriyani Rahayu sebagai ganda putri pertama Indonesia yang berhasil meraih medali emas Olimpiade.

Baca Juga: Nyaris Tak 'Berjodoh', Ini Kisah Pertemuan Apriyani Rahayu/Greysia Polli yang Kini Jadi Kebanggaan Indonesia Bawa Pulang Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020

Sementara itu, bagi Apriyani Rahayu yang baru berusia 23 tahun dan 3 bulan, menjadi peraih medali emas termuda cabang bulu tangkis Olimpiade.

Apriyani Rahayu merupakan kelahiran 29 April 1998 dari pasangan Ameruddin dan Sitti Jauhar (almarhumah).

Kecintaannya pada olahraga yang satu ini sudah ia tunjukkan sejak masih kecil.

Dengan dukungan sang ayah, pada 2011, wanita yang dikenal publik dengan nama panggilan Apri ini datang jauh-jauh dari tempat kelahirannya di Konawe menuju Jakarta.

Baca Juga: Sama-sama 'Tersangkut' Harta Karun Nazi, Nasib Kedua Orang Ini Jomplang Abis, Satu Terancam Denda Miliaran, Satu Lagi Malah Bisa Kaya Tujuh Turunan

Rupanya, keberangkatan Apri ke Jakarta tidaklah menemui jalan yang mulus.

Saat itu, ia dibawa ke PB. Pelita milik Icuk Sugiarto di kawasan Kosambi, Jakarta Barat.

Berkat kegigihaannya datang jauh ke Jakarta, ia dipertimbangkan oleh klub tersebut.

Namun, tdak langsung diterima oleh Icuk Sugiarto, Apri lebih dulu diberi waktu 3 bulan untuk memperlihatkan kemampuannya.

Baca Juga: Seantero Indonesia Murka Usai Anak Akidi Tio Ditangkap, Tapi Menteri Andalan SBY Ini Mungkin Malah Tersenyum Paling Lebar, 'Ramalannya' Terbukti Kurang dari 24 Jam

Lalu, jika tidak ada progress dalam kurun waktu tersebut, maka Apriyani Rahayu harus keluar.

Apriyani Rahayu kembali menunjukkan kegigihannya dengan giat berlatih di bawah bimbingan pelatih yang mumpuni serta sparring yang lebih banyak.

Di awal perjalanan kariernya, ia menemui kegagalan.

Kesempatan pertama Apriyani Rahayu adalah tampil di ajang Sirnas Djarum 2012 di Banjarmasin.

Baca Juga: Gara-gara Covid-19, Uang Indonesia Disebut Ludes Rp1.356 Triliun, Terkuak Ternyata Segini Uang yang Dikeluarkan Indonesia Buat Belanja Vaksin

Saat itu Apriyani Rahayu bermain di nomor tunggal putri dan langsung kandas di babak pertama.

Kemudian, ia mendapat arahan dari pelatih Toto Sunarto agar beralih ke nomor ganda.

Sang pelatih ternyata melihat bakat Apriyani Rahayu lebih cocok untuk bermain di nomor ganda.

Sejak saat itulah Apri pindah ke nomor ganda campuran dan ganda putri.

Baca Juga: Seantero Indonesia Murka Usai Anak Akidi Tio Ditangkap, Tapi Menteri Andalan SBY Ini Mungkin Malah Tersenyum Paling Lebar, 'Ramalannya' Terbukti Kurang dari 24 Jam

Prestasinya semakin bersinar saat berpasangan dengan Jauza Fadhillah Sugiarto, putri bungsu Icuk Sugiarto.

Berbagai prestasi nasional dan internasional untuk kelompok usia taruna banyak ditorehkan Apriyani Rahayu bersama Jauza.

Apri akhirnya mendapat kesempatan mewakili Indonesia di ajang Kejuaraan Dunia Junior 2014 di Alor Setar, Malaysia.

Namun, saat itu Apri tidak dipasangkan dengan Jauza, melainkan Rosyita Eka Putri Sari.

Baca Juga: Cek Watak Weton Senin Kliwon, Punya Sifat Macan Ketawan dan Aras Kembang, Apa Maksudnya?

Ternyata, Apri tetap menunjukkan kemampuannya yang mumpuni.

Apriyani Rahayu/Rosyita Eka berhasil menapak hingga ke babak final sebelum kalah dari pasangan Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yifan.

Menjadi runner-up bersama Rosyita mengantarkan Apriyani Rahayu ke Pelatnas PBSI Cipayung.

Di tahun 2015, Apriyani Rahayu kembali mendapat kepercayaan tampil di Kejuaraan Dunia Junior di Lima, Peru.

Baca Juga: Gara-gara Covid-19, Uang Indonesia Disebut Ludes Rp1.356 Triliun, Terkuak Ternyata Segini Uang yang Dikeluarkan Indonesia Buat Belanja Vaksin

Saat itu, Apriyani Rahayu bermain di ganda campuran berpasangan dengan Fahriza Abimanyu.

Namun, saat hendak bertanding di semifinal melawan He Jiting/Du Yue (Tiongkok), Apriyani mendapat kabar bahwa sang ibu meninggal dunia di kampung halaman.

Apriyani Rahayu pun sempat down dan akhirnya kalah serta harus puas dengan medali perunggu.

Setelahnya, pada tahun 2016, Apri pun kembali harus puas dengan medali perunggu di Kejuaraan Dunia Junior saat berpasangan dengan Rinov Rivaldi

Mereka kalah dari Kim Won Ho/Lee Yu-Rim dari Korea Selatan.

Baca Juga: Sudah 76 Tahun Merdeka, Beginilah Peran Pelajar untuk Mengisi Kemerdekaan Indonesia, Maknanya Tak Pernah Lekang Oleh Waktu

Sementara pertemuan Apri dengan Greysia Polii terjadi pada tahun 2017.

Saat itu, Apriyani Rahayu fokus untuk bermain di level senior dan dipasangkan dengan Greysia Polii menggantikan Nitya Maheswari yang cedera.

Perjalanan pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu pun tak mudah sebelum akhirnya meraih medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020.

Kini, setelah perjalanan yang berliku, Apriyani Rahayu menjadi kebanggaan Indonesia bersama 'seniornya' Greysia Polii.

Baca Juga: Jatuh 8 Kali Bangkit 8 Kali, Beginilah Lika-Liku Perjuangan Greysia Polii Sebelum Berhasil Meraih Medali Emas Olimpiade Tokyo Bersama Apriyani Rahayu

(*)

Artikel Terkait