Intisari-online.com -Eksploitasi minyak lepas pantai Timor Leste oleh Australia kembali dilakukan atas kesepakatan kedua belah pihak.
Salah satunya adalah pengeboran minyak di lapangan Bayu-Undan oleh perusahaan migas Australia, Santos.
Pengeboran disepakati dalam kerjasama senilai USD 235 juta Januari lalu.
Santos diberi izin mengebor tiga sumur produksi dan mengembangkan cadangan gas alam dan cairan tambahan.
Serta izin memperpanjang umur lapangan dan produksi dari fasilitas lepas pantai dan kilang gas alam cair (LNG) Darwin.
Penelusuran Intisari Online Juni lalu, Santos telah memulai program pengeboran infil tahap 3C di lapangan Bayu-Undan.
Laporan dari oedigital.com, sumur-sumur dan ladang minyak tersebut akan dibor menggunakan rig jack-up Noble Corporation Noble Tom Prosser, serta produksi pertama diharapkan selesai pada 3Q 2021.
“Program pengeboran infill akan menambah lebih dari 20 juta barel cadangan dan produksi setara minyak dengan biaya pasokan rendah dan yang terpenting memperpanjang umur Bayu-Undan serta pekerjaan dan investasi yang bergantung padanya,” kata Managing Director dan Chief Santos Pejabat Eksekutif Kevin Gallagher.
“Dengan lebih dari 400 orang Timor yang saat ini bekerja di kegiatan Bayu-Undan, ini akan memberikan kontribusi ekonomi yang penting bagi Timor-Leste dan membuat tenaga kerja kami baik di Timor-Leste dan Darwin bekerja lebih lama.”
Ternyata, program yang awalnya diharapkan menjadi cuan seadanya itu justru lebih menguntungkan.
Mengutip energyvoice.com, Santos mengatakan pada 28/7/2021 bahwa produksi dari program pengeboran infil Fase 3C mereka telah dimulai dengan pengeboran pertama menghasilkan hasil lebih baik daripada yang diharapkan.
Pengeboran pertama mendapatkan hasil 178 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) gas dan 11.350 barel minyak per hari (bbl/d), secara signifikan meningkatkan produksi minyak menjadi lebih dari 25 ribu bbl/d dari lapangan.
Produksi itu juga meningkatkan kapasitas sumur lepas pantai untuk suplai gas ke kilang LNG Darwin.
Rig jack-up Noble Tom Prosser kini sudah mulai mengebor sumur kedua dari tiga sumur, dengan program diharapkan selesai awal tahun depan bagi Timor Leste.
Produksi dari Bayu-Undan awalnya diharapkan berhenti tahun 2022 tanpa investasi baru.
Namun investasi pengeboran infill oleh Santos yang menjadi operator di lapangan pada Mei 2020, setelah membeli ConocoPhillips, memberi sinyal jika masih ada ruang untuk memperpanjang masa hidup aset cuan tersebut.
Analisis dari Wood Mackenzie memperkirakan tiga sumur seharusnya menambah produksi selama 3 tahun.
Hal ini akan memastikan pasokan gas mengalir ke kilang LNG Darwin sampai 2024/2025.
Proyek Barossa yang dipimpin Santos, yang menerima persetujuan investasi awal tahun ini, diharapkan mulai pada 2025/2026 dan membantu menyokong fasilitas ekspor LNG Darwin ketika Bayu-Undan akhirnya berhenti berproduksi.
"Kami telah melihat hasil dari kilang minyak lebih baik dari yang diharapkan dengan hasil dari sumur pertama, dengan hasil sukses memenuhi target primer dan sekunder di sumur dan produksi gas yang jauh lebih tinggi daripada yang diharapkan," ujar CEO Santos Kevin Gallagher.
ANPM, badan energi Timor Leste, mengatakan melalui Presidennya, Fiorentino Soares Ferreira, bahwa "dari kerangkanya, program Fase 3C telah terlihat sebagai kesempatan memaksimalkan pemulihan utuh di lapangan Bayu-Undan.
"Ini adalah hasil dari keputusan terukur dari sisi pembuat kebijakan mempertimbangkan kami sedang bekerja di bawah rezim Kesepakatan Berbagi Produksi yang mana biaya skema pemulihan menjadi elemen penting dalam penilaian kami.
"Hasil sukses dari sumur 3C pertama sudah membuktikan kepada kami jika keputusan menyetujuinya sudah benar. Kami sekarang bisa memberikan harapan tambahan bagi Timor Leste dengan peningkatan produksi dan pemanjangan masa hidup Bayu-Undan, dan kami menanti suksesnya hasil pengeboran dua sumur 3C lainnya," tambahnya.
Santos memiliki saham operasi di Bayu-Undan sebanyak 43.4%, sisanya dipegang oleh SK E&S (25%), INPEX (11.4%), Eni (11%), JERA (6.1%) dan Tokyo Gas (3.1%),