Alun-Alun dan Kompas tetap menjadi simbol populer pada cincin Masonik.
Ada simbol Masonik lain yang kurang dikenal yang diambil dari alam: sarang lebah.
“Mason pada awalnya adalah pekerja yang seharusnya sibuk seperti lebah,” kata Jacob.
"Dan sarang lebah melambangkan kerajinan."
3. Jabat Tangan Freemason
Freemason saling menyapa dengan berbagai model jabat tangan, semua berdasarkan peringkat seseorang dalam organisasi.
“Ada jabat tangan untuk setiap gelar: Magang, Fellowcraft, dan Master, yaitu, tiga derajat pertama dan juga di tingkat yang lebih tinggi,” kata Revauger.
“Setiap ritus memiliki jabat tangan sendiri, jadi cukup beragam."
"Mereka digunakan selama upacara Masonik.”
4. Gereja Katolik Melarang Anggota Menjadi Freemason
Sementara Freemasonry sendiri bukanlah sebuah agama, semua anggotanya percaya pada Dzat Tertinggi, atau "Arsitek Agung Alam Semesta."
Anggotanya berasal dari banyak agama, tetapi satu denominasi khususnya melarang persilangan apapun.
Gereja Katolik pertama kali mengutuk Freemasonry pada tahun 1738, didorong oleh keprihatinan atas kuil-kuil Masonik dan ritual rahasia yang dilakukan di dalamnya.
Pada abad ke-19, Vatikan bahkan menyebutnya Satanic Sinagog.
Gereja bahkan melangkah lebih jauh pada tahun 1983, menyatakan :
“Prinsip-prinsip mereka selalu dianggap tidak dapat didamaikan dengan doktrin Gereja dan oleh karena itu keanggotaan di dalamnya tetap dilarang."
"Umat beriman yang mendaftar dalam asosiasi Masonik berada dalam keadaan dosa besar dan tidak boleh menerima Komuni Kudus."
5. Freemason Menginspirasi Partai Ketiga Politik Pertama Amerika
Di bidang politik, partai ketiga pertama di Amerika Serikat, Partai Anti-Masonik , dibentuk pada tahun 1828 sebagai tanggapan atas kekhawatiran bahwa kelompok itu tumbuh terlalu rahasia dan kuat.
Banyak anggotanya menggembar-gemborkan teori konspirasi tentang Freemason, dengan beberapa pemimpin mengklaim bahwa pembunuhan terkenal pada waktu itu telah terjadi di tangan Mason, dalam upaya untuk menjaga agar korban tidak mengungkapkan rahasia organisasi.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR