Intisari-Online.com - Secara resmi, Timor Lestei memerdekakan diri dan menjadi negara baru pada 20 Mei 2002 atau 18 tahun yang lalu.
Namun setelah melepaskan diri dari Indonesia, nyatanya kehidupan di Timor Leste tidak juga membaik.
Kilang minyak yang begitu mereka banggakan justru menjadi masalah lainnya karena mereka terlilit utang dengan China.
Bahkan Timor Leste menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Fakta ini pun membuat pemuda-pemuda Timor Leste memutuskan kabur dari negaranya sendiri.
Sebagian besar dari mereka memilih meninggalkan Timor Leste dan ingin mendapatkan paspor Portugal dengan harapan memiliki masa depan yang lebih baik di Eropa.
Padahal menurutanalisis dari Sensus Penduduk dan Perumahan Timor-Leste terbaru, pemuda yang berusia antara 15 hingga 24 tahun merupakan 20 persen dari total populasi di Timor Leste pada 2015.
Jika mereka pergi, maka Timor Leste bisa kehilangan populasi emas atau calon penerus bangsa.
Namun para pemuda Timor Leste juga punya alasan kuat.
Dilansir darikompas.compada Selasa (25/5/2021), mereka menebutkan bahwa mencari pekerjaan di negaranya begitu sulit.
Jadi tidak heran banyak dari mereka rela mengantri didepan Kedutaan Besar Portugal di Dili demi pindah negara.
Sejak 2002, Pemerintah Timor Leste berfokus mempertahankan kesatuan politik dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ini bukan pekerjaan yang mudah setelah kekerasan yang meluas, perpindahan penduduk dan perusakan properti yang dialaminya setelah referendum 1999.
Sebagian besar infrastruktur di negara Timor Leste hancur pada waktu itu termasuk sistem kelistrikan, air dan saluran pembuangan, jalan, sekolah dan fasilitas medis serta properti sektor publik dan swasta.
Terlepas dari kemajuan yang dicapai hingga saat ini, lebih dari 40% penduduk diperkirakan masih hidup di bawah garis kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Selain pertumbuhan di sektor publik Timor Leste, semakin banyak usaha kecil, terutama di bidang konstruksi dan dalam penjualan barang grosir dan eceran, sedang didirikan.
Sebagian besar bisnis dan perusahaan ini terkonsentrasi di Dili, yang akibatnya telah berubah secara signifikan sejak kemerdekaan dengan pembangunan gedung dan peningkatan infrastruktur yang berkelanjutan.
Seperti di kebanyakan ibu kota, Dili menawarkan berbagai macam pusat perbelanjaan, akomodasi, restoran dan layanan lainnya.
Sebaliknya, kota-kota dan desa-desa tradisional di kabupaten-kabupaten sekitarnya tidak banyak berubah, kecuali perbaikan jalan dan pembangunan listrik.
Orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan terus terlibat dalam penangkapan ikan skala kecil, kehutanan dan pertanian.
Sektor Minyak
Saat ini perekonomian Timor Leste sebagian besar bergantung pada ekstraksi cadangan minyak dari Laut Timor yang menyumbang 80% dari PDB.
Dana ini telah memungkinkan investasi yang signifikan dalam layanan inti dan infrastruktur, terutama yang terkait dengan jalan dan listrik.
Namun, sementara minyak sangat penting dalam mempertahankan tahap awal pembangunan di Timor Leste, ladang minyak yang ada sedang menipis dan ada kebutuhan mendesak untuk mendiversifikasi ekonomi sebelum cadangan minyak mengering.
Sektor lainnya
Di Timor Leste, ekonomi non-minyak hanya menyumbang 21% dari PDB.
Pertanian memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian Timor, mempekerjakan lebih dari 50% dari populasi.
Mengingat keindahan alam, budaya dan pariwisata warisan negara dipandang sebagai sektor penting untuk pembangunan ekonomi masa depan.
Ini adalah tujuan yang harus dicapai dengan berfokus pada warisan budaya, petualangan dan pengalaman ekowisata.
Peningkatan produksi dari pertanian dan perikanan juga dipandang sangat penting, terutama dari perspektif ketahanan pangan dan sebagai cara untuk mengurangi impor.
(*)