Intisari-Online.com - Tanggal 3 Maret 1945, pukul delapan pagi, sirene serangan udara terdengar untuk pertama kalinya di Den Haag.
Beberapa saat kemudian gelombang pesawat pembom muncul di cakrawala menuju ke kota.
Tapi bukannya mengebom pusat kota, formasi itu berbelok ke timur dan melepaskan bom mereka di atas lingkungan Bezuidenhout.
Melansir Amusing Planet, Senin (5/7/2021), gelombang demi gelombang pesawat pembom mengikuti menjatuhkan beban mereka di kota yang damai.
“Mereka kehilangan hitungan. Bumi bergetar. Bangunan dan seluruh blok runtuh seperti rumah kartu runtuh. Yang lain mulai terbakar dan segera terbakar,” lapor The Telegraph pada hari berikutnya.
Angin barat yang kuat mengobarkan api yang disebabkan oleh pengeboman dan menyebarkannya lebih jauh ke seluruh lingkungan.
Pemadam kebakaran tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk menangani api, dan seringkali tidak ada air untuk memadamkan api.
Bantuan harus didatangkan dari Belanda Selatan dan bahkan dari Wormerveer dan Zaandam.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR