Penulis
Intisari-Online.com - Timor Leste menjadi salah satu medan pertempuran selama Perang Dunia II.
Berlangsung pertempuran antara Pasukan Jepang dan Pasukan Sekutu sejak Februari 1942 hingga akhir tahun.
Pertempuran itu berakhir dengan kemenangan Pasukan Jepang yang berhasil memukul mundur Pasukan Sekutu yang terutama dari Australia, Inggris Raya, dan Hindia Belanda.
Kalah dalam pertempuran yang dikenal sebagai 'Battle of Timor' itu, setidaknya Pasukan Sekutu dapat menyelamatkan orang-orangnya.
Termasuk para pendukungnya dari pribumi maupun penjajah Portugis.
Ketika itu, Timor Leste tengah dikuasai Portugis yang sebenarnya netral dalam Perang Dunia II, tapi rupanya itu tak menghentikan pertemputan di Pulau Timor.
Kapal Belanda Hr. Ms. Tjerk Hiddes merupakan kapal dikirim dari Australia untuk mengevakuasi pasukan sekutu di Timor Leste.
Hr. Ms. Tjerk Hiddes membutuhkan tiga kali perjalanan bolak-balik dari Australia ke Timor Leste untuk melakukannya, tak ayal membuat kapal ini membutuhkan perbaikan segera sesampainya di demaga Victoria.
Rupanya, sebelum sampai benar-benar diperbaiki, kapal ini lebih dulu meledak.
Kapal yang berjasa menyelamatkan Pasukan Sekutu dari Timor Leste ini pun rusak, bahkan membuat sejumlah orang terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Melansir netherlandsnavy.nl, Setelah kembali ke Darwin pada 19 Desember 1942 dari perjalanan terakhirnya ke Timor, Hiddes kembali ke Fremantle pada Malam Natal.
Ia berlabuh di gudang "A", dermaga Victoria untuk perbaikan yang sangat dibutuhkan.
Setelah selama tiga minggu terakhir, kapal ini berlayar hampir 7000 mil, anggota kru dan pekerja dari State Engineering Works mulai mengerjakan torpedo.
Tekanan di ruang udara telah meningkat sebagai akibat dari cuaca panas, dan upaya dilakukan untuk menurunkannya sepanjang minggu.
Namun, pada hari Jumat tanggal 8 Januari 1943, upaya tersebut berakhir secara dramatis.
Ketika para insinyur sedang mengerjakan torpedo, ruang udara salah satu torpedo memberi jalan pada tekanan tinggi dan meledak.
Hulu ledak diledakkan ke depan, mengenai dua Awak kapal Belanda dalam prosesnya.
Sementara bagian belakang torpedo terlempar ke belakang dan tampaknya meledak ke laut.
Puing-puing berserakan di mana-mana, dan sebuah lubang telah meledak di geladak.
William T."Tom" Gough, pembuat ketel di State Engineering Works mengenang peristiwa itu.
"...Saya sedang membantu memasang rakit penyelamat ke kapal pada saat ledakan, saya bersandar pada kotak amunisi.
"Ketika torpedo meledak, torpedo itu mendorong baut dari kotak ke sisi saya hampir memutuskan hati saya, saya menderita luka bakar pada kedua lengan dan kaki dan perut.
"Saya memiliki bekas luka sepanjang hidup saya, saya dibawa ke Rumah Sakit Fremantle untuk perawatan dan menghabiskan beberapa minggu di sana untuk memulihkan diri," ungkapnya.
Sementara Frederick "Fred" Howard, seorang tukang dari State Engineering Work, lebih beruntung.
"Saya berada di ruang mesin ketika ledakan datang meniup lubang di kepala dek dan semuanya terbalik, tidak ada dari kami yang terluka.
"Saya mengambil sepotong selubung torpedo pecahan peluru. Kami naik ke dek.
"ketika dibersihkan, ada TNT di mana-mana karena hulu ledaknya meledak.
"Kami semua sangat terguncang dan Pekerja Teknik Negara pulang untuk hari itu," kenangnya.
Selain 2 awak Belanda, akibat ledakan itu juga membuat 4 insinyur Australia dilarikan ke rumah sakit.
Sementara itu,kapal penyelamat Pasukan Sekutu tersebut membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk memperbaiki kerusakan.
Potongan pecahan peluru yang diambil Frederick Howard disimpan sebagai kenang-kenangan.
Itu diteruskan ke putranya Frank, yang pada Februari 2003 menyumbangkan pecahan peluru ini ke Museum Maritim di Fremantle.
(*)