Intisari-Online.com - Pernahkah Anda mengdengar tentang bigfoot? Yaknimakhluk legenda berupa raksasa berkaki besar dengan tubuh besar yang ditutupi dengan bulu.
Terkadang disebut dengan yeti ataupun sasquatch, bigfoot biasanya digambarkan sejenis kera raksasa yang hidup di hutan-hutan jauh dari manusia.
Sebelumnya, bigfoot dianggap hanyalah isapan jempol belaka. Hingga ditemukannya fosil geraham primata yang luar biasa besar.
Menariknya, fosil geraham tersebut tidak ditemukan pada penggalian situs prasejarah namun di dalam sebuah apotek.
Hal ini bermula ketika seorang ahli paleoantropologi asal Jerman bernama Ralph von Kuenigswald masuk ke sebuah apotek di Hong Kong dan menemukan geraham primata yang luar biasa besar untuk di jual, seperti dilansir dari Smithsonian Magazine.
Setelah itu, Ralph meneliti geraham tersebut yang ternyata adalah fosil seekor kera besar dan dinamai dengan Gigantopithecus blacki.
Gigantopithecus memiliki arti kera besar, sedangkan blacki dipakai untuk menghormati kolega Ralph yang bernama Davidson Black.
Gigantopitecus blacki adalah primata terbesar yang pernah hidup di bumidan merupakan bigfoot di kehidupan nyata.
Rahang yang ditemukan Ralph tersebut adalah satu dari tiga spesies Gigantopithecus.
Gigantopithecus blacki adalah yang terbesar dan hidup di Asia Tenggara, seperti dilansir dari Thought Co.
Gigantopithecus bilaspurensis berasal dari enam juta tahun yang lalu dan yang ketiga adalah yang terkecil yaitu Gigantopithecus giganteus yang ukuran tubuhnya hanya setengah dari ukuran blacki.
Tubuh Gigantopithecus blacki menjulang setinggi lebih dari tiga meter dengan berat mencapai 600 kilogram.
Untuk diketahui, gorilla saja rata-rata hanya mencapai 200 kilogram.
MelansirBBC, mereka adalah kerabat dekat dengan orang utan dibandingkan dengan gorilla maupun simpanse.
Mereka adalah primata dengan tinggi dua kali pria dewasa yang hidup di Asia sekitar masa miosen akhir sampai pleistosen tengah atau sekitar 12 hingga 8 juta tahun yang lalu.
Baca Juga: Pancasila Sebagai Dasar Negara pada Masa Awal Kemerdekaan, Bagaimana Memahaminya?
Dengan memiliki gigi yang besar dan tebal, hal itu menunjukkan bahwa mereka adalah omnivora yang dapat menggiling makanan keras dan berserat.
Karena ukurannya yang sangat besar, bigfoot zaman pleitosen ini harus makan makanan dalam jumlah yang besar juga.
Akan tetapi, ketika masa pleitosen kebanyakan hutan berubah menjadi sabana, hal tersebut membuat gigantopithecus kekurangan makanan.
Dilansir dari National Geographic, tubuh yang lebih besar tidak hanya membutuhkan makanan yang lebih besar, namun juga cenderung memiliki lebih sedikit anak. Kekurangan makanan dan rendahnya tingkat reproduksi inilah yang membuat Gigantopithecus blacki punah dari muka bumi.