Amerika Tarik Pasukan, China Buru-buru Dekati Afghanistan untuk Tujuan Besar Ini, Apa yang Sebenarnya Diincar Tiongkok?

Tatik Ariyani

Editor

Presiden China Xi Jinping - China sedang giat menyebarkan propagandanya ke dunia
Presiden China Xi Jinping - China sedang giat menyebarkan propagandanya ke dunia

Intisari-Online.com - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mantap untuk menarik masukan militernya dari Afghanistan.

Biden sudah menentukan bahwa 31 Agustus 2021 akan menjadi penarikan gelombang terakhir pasukan miiter AS di Afghanistan.

Biden mengatakan pihaknya sudah lama skeptis dengan penempatan pasukan militer AS di Afghanistan selama 20 tahun ini.

AS sudah lama mencapai tujuan awalnya, yakni menginvasi Afghanistan pada 2001 untuk menumpas militan al-Qaeda dan mencegah mereka melakukan serangan berikutnya ke AS seperti serangan teror pada 11 September 2001.

Baca Juga: Pantas Saja Amerika Ketar-ketir, Nuklir Eksotis Mematikan Ini Disiapkan China Jauh-jauh Hari untuk Kalahkan Musuh Bebuyutannya itu, Ganggu 'Stabilitas Global'

Kini, setelah AS mundur,China dikabarkan mendekati Afghanistan dan mulai mengembangkan pengaruhnya di kawasan itu setelah 20 tahun perang di negara itu.

Menteri luar negeri China Wang Yi akan memulai perjalanan ke Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan pada hari Senin untuk membahas rencana China di Asia Tengah karena China mulai mendekati Afghanistan.

Melansir Express.co.uk, Senin (12/7/2021), langkah ini menegaskan kekhawatiran yang berkembang bahwa China memiliki tujuan besar untuk pengaruh dan kekuatan yang lebih besar di kawasan itu.

Baca Juga: Sempat Dikabarkan Bakal Jadi Vaksin Berbayar oleh Kimia Farma Ternyata Ini Perbedaan Vaksin Sinopharm dan Sinovac Meski Sama-sama dari China

Berbicara kepada saluran berita WION, pembawa acara Palki Sharma mengatakan: "Ketika tenggat waktu penarikan pasukan AS semakin dekat, China bergerak cepat untuk memenuhi kekosongan kekuasaan di Afghanistan dan Asia Tengah.

"Kementerian luar negeri China mengklaim bahwa ketiga negara telah menyampaikan undangan ke Wang Yi.

“Menlu China juga akan mengikuti pertemuan Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang akan digelar di Dushanbe (Tajikistan) pada 13-14 Juli.

"Anggota SCO lainnya adalah beberapa tetangga terdekat Afghanistan dan kekuatan regional termasuk India, Pakistan dan Rusia."

Berita itu muncul setelah Zhouchen Mao, Analis Asia-Pasifik untuk AKE International, grup konsultan keamanan dan risiko global dan pakar Kebijakan Luar Negeri China di SOAS University London, berbicara dengan Express.co.uk pada bulan Juni, menjelaskan bagaimana Asia Tengah adalah titik fokus utama untuk China.

Mao mengatakan: “Asia Tengah mungkin dianggap sebagai salah satu, jika bukan prioritas utama China sehubungan dengan 'kebijakan lingkungan'.

"Belt and Road Initiative (China) adalah contoh yang bagus tentang bagaimana China telah menggunakan apa yang disebut inisiatif infrastruktur untuk membawa negara-negara Asia Tengah lebih dekat ke orbitnya sendiri."

Baca Juga: Frustasi Sampai Nekat Gabungkan Dua Jenis Vaksin dan Libatkan Militer, Negara Ini Kian Karut-marut Akibat Ulah Wanita-wanita Tercantiknya

Pada 2019, Beijing mengumumkan niatnya untuk menghubungkan Afghanistan dengan Koridor Ekonomi China-Pakistan, serangkaian proyek infrastruktur senilai £45 miliar yang pada akhirnya akan menghubungkan Pakistan, bukan pasar energi Asia Tengah.

Sementara pada Mei Wang Yu, duta besar China untuk Afghanistan, mengatakan negara itu berkonsultasi dengan pemerintah di Kabul tentang "Belt and Road Initiative" untuk menghidupkan kembali sebagian Jalur Sutra di Afghanistan.

Tetapi para analis menunjukkan bahwa ia memiliki lebih banyak keuntungan daripada Barat dalam hal ekonomi, politik dan keamanan.

Berbicara kepada Express.co.uk pada hari Senin, pakar Asia Timur Alessio Patalano dari King's College London, mengatakan: “Tidak seperti Barat, China tidak memiliki pilihan untuk mengabaikan Afghanistan yang berada di perbatasannya dan di mana minoritas Muslimnya ditemukan.

“Ini adalah masalah keamanan nasional dan juga masalah ekonomi dan politik. Yang perlu kita pahami adalah dampaknya terhadap India, yang tetap menjadi duri besar dalam ambisi China.

“China-Pakistan-Afghanistan dapat meningkatkan upaya untuk mengacaukan Kashmir dan memberikan tekanan lain di Delhi, menyebabkannya mulai menarik kembali keterlibatan dengan AS, Inggris, dan Prancis.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Sekitar 768 Juta Orang di Dunia Dilaporkan Kekurangan Gizi, Wilayah Ini yang Paling Parah

“Seluruh strategi Indo-Pasifik Biden berkisar di India dan Jepang, Barat mengandalkan AS, tetapi AS mengandalkan India, dan semuanya bisa berantakan. Kita harus menanggapi ancaman ini dengan serius."

Kawasan Asia Tengah juga kaya akan minyak dan gas serta emas, uranium, bijih besi, dan logam mulia lainnya yang merupakan daya tarik utama bagi China yang miskin sumber daya.

Berita itu muncul pada hari Sabtu, juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengklaim bagaimana organisasinya melihat China sebagai sekutu, dengan mengatakan: "China adalah negara sahabat dan kami menyambutnya untuk rekonstruksi dan mengembangkan Afghanistan."

Artikel Terkait