Intisari-Online.com - Kabar mengejutkan datang dari artis tanah air, Nia Ramadhani, yang ditangkap atas kasus narkoba.
Ia ditangkap bersama suaminya, Ardi Bakrie, dan sopir mereka yang berinisial (ZN) pada Rabu (7/7/2021) pukul 15.00 WIB.
Dalam pernyataannya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengungkap motif Nia dan Ardie Bakrie menggunakan narkoba.
"(Alasan pakai) katanya karena pandemi dan tekanan kerja. Tapi itu sangat biasa ya," ujar Yusri Yunus saat menggelar konferensi pers di Polres Metro Jakarta Pusat, Kamis (8/7/2021).
Selain itu, Yusri menambahkan, Nia dan Ardi mengaku baru memakai narkoba beberapa bulan terakhir.
Baik Nia Ramadhani, Ardie Bakrie, maupun supir mereka, ditetapkan sebagai tersangka.
"Tiga-tiganya ditetapkan sebagai tersangka. Kami masih mendalami, pengakuan awalnya mereka sudah mengonsumsi narkotika jenis sabu sekitar 4-5 bulan," ujar Yusri Yunus.
Artis terjerat kasus narkoba bukan hal asing yang jarang kita dengar, ada banyak artis yang terperosok kasus serupa bahkan berulang kali.
Beberapa artis yang berulang kali terjerat kasus narkoba misalnya aktor Tio Pakusadewo, penyanyi kondang Reza Artamevia, aktor Roy Marten, penyanyi Ridho Rhoma, hingga aktris Jennifer Dunn.
Aktor Tio Pakusadewo ditangkap di kediamannya pada 14 April 2020 lalu kemudian divonis pidana selama 2 tahun penjara.
Tapi sebelumnya ia pernah tertangkap oleh kasus narkoba pada Desember 2017 dan dijatuhi vonis rehabilitasi 9 bulan.
Kemudian Reza Artamevia tertangkap atas kasus narkoba pada Agustus 2016 dan September 2020.
Roy Marten juga pernah dua kali terjerat kasus narkoba, yaitu pada tahun 2006 dan divonis 9 bulan penjara.
Bahkan, untuk kasus kedua Roy Marten tak berselang beberapa lama, yaitu pada November 2007.
Selanjutnya Ridho Rhoma ditangkap polisi pada Minggu (7/2/2021) dan dinyatakan positif amphetamin.
Padahal, saat itu Ridho baru satu tahun keluar dari penjara karena kasus narkoba.
Baca Juga: Ketumbar Mujarab untuk Atasi Migrain, Simak Cara Penyembuhannya
Bahkan, artis kontroversial Jennifer Dunn tersandung kasus narkoba sebanyak 3 kali sejak ia masih remaja.
Jennifer pertama kali terciduk memiliki ganja pada 2005 ketika masih berusia 15 tahun.
Empat tahun kemudian atau pada 2009, polisi menangkap Jennifer setelah berpesta narkoba dengan rekan-rekannya di indekost di kawasan Jakarta Selatan.
Terakhir, ia diciduk tahun 2018 ketika tengah memesan sabu dari seorang bandar di rumahnya di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Begitu banyaknya artis yang terperosok penyalahgunaan narkoba berulang kali, mengapa seseorang bisa begitu susah berhenti menggunakan narkoba?
Melansir Kompas.com, hal itu bisa terjadi bagi mereka yang mengalami ketergantungan.
Disebut, kebanyakan orang yang menggunakan alkohol dan narkotik mengkonsumsinya secara tidak teratur dan tidak pernah menjadi bergantung atau kecanduan.
Rata-rata hanya sekitar 10% orang yang mengkonsumsi alkohol atau narkoba yang mengalami ketergantungan.
Baca Juga: 3 Obat Biduran Alami untuk Meredakan Gatal-gatal, dari Lidah Buaya hingga Bawang
Angka tersebutsekitar 6% untuk alkohol, sekitar 10% untuk kanabis dan sekitar 15% untuk metamfetamin.
Tapi bagi mereka yang mengalami ketergantungan, mengurangi penggunaannya, berhenti, atau menjauh, bisa jadi sulit.
Tapi terlepas dari bagaimana cara konsumsi, alkohol dan narkoba pada akhirnya masuk ke otak melalui aliran darah. Sampai di otak, mereka mempengaruhi bagaimana pesan dikirim melalui otak.
Otak adalah pusat komunikasi besar yang menyampaikan pesan bolak-balik untuk mengatur apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan.
Pesan-pesan tersebut dikirim melalui bahan kimia di otak yang disebut neurotransmitter.
Sementara narkoba bekerja dengan berbagai cara.
Baik itu dengan meningkatkan atau mengurangi produksi neurotransmitter seperti dopamin (kesenangan), noradrenalin (berkelahi atau lari) dan serotonin (suasana hati);
Atau mempengaruhi berapa banyak dan berapa lama neurotransmitter tetap aktif; atau berikatan dengan reseptor alami untuk meniru dan mengaktifkan jalur neurotransmitter alami.
Selain itu, sebagian besar narkoba berdampak pada sistem dopamin, di mana dopamin mengendalikan emosi, motivasi, dan perasaan senang.
Otak kita terprogram untuk memastikan kita mengulangi kegiatan yang menyenangkan.
Maka, ketika kita melakukan sesuatu yang menyenangkan, kita mendapatkan sedikit dopamin, ini mengingatkan kita untuk melakukannya lagi melalui otak.
Narkoba mengaktifkan dopamin dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kegiatan pengaktif dopamin lainnya, seperti makan dan seks.
Akibat hal itu, ada dorongan dari dalam yang kuat untuk mengulangi penggunaan narkoba.
Ketika dopamin dalam jumlah besar dilepaskan, otak mengalami kesulitan menjaga produksinya dan dapat kehabisan dopamine pada sementara waktu.
Kemudian, ketika dopamin habis karena penggunaan yang kronis, seseorang mungkin bisa merasa datar selama berbulan-bulan, bahkan ketika mereka berhenti menggunakan narkoba.
Hal itu pun bisa menjadi motivasi penggunaan narkoba untuk kembali merasakan kesenangan.
Pecandu juga akan merasakan gejala putus obat ketika berhenti mengonsumsi narkoba.
Otak kita sangat plastis dan, seiring berjalannya waktu, otak beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, lingkungan yang diciptakan oleh narkoba.
Otak menyesuaikan terhadap peningkatan dopamin dan neurokimia lainnya dengan mengurangi produksi normal.
Seiring waktu, beberapa orang yang bergantung pada alkohol atau narkoba mengatakan bahwa mereka mengkonsumsinya hanya untuk membuat mereka merasa “normal”.
Baca Juga: Tak Hanya Mobil Balap, Manusia pun Butuh 'Bahan Bakar' yang Tepat saat Berolahraga
(*)