Advertorial

Diwaspadai Lebih Kebal Vaksin dari Beberapa Varian Covid-19 Lain, Inilah Varian Lambda yang Bertanggung Jawab Atas 82 Persen Kasus Baru di Peru

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Varian Lambda kini menjadi salah satu varian Covid-19 baru yang diwaspadai.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian Lambda sebagai Variant of Interest.

Sementara melansir Jerusalem Post (7/7/2021), Efek varian Lambda telah diperiksa oleh tim peneliti, dan hasilnya dibagikan dalam studi yang tidak ditinjau sejawat yang diterbitkan oleh situs web Ilmu Kesehatan "medRxiv", menunjukkan varian ini sangat mengurangi efisiensi vaksin dibanding beberapa varian lainnya.

Para peneliti menggunakan sampel plasma dari petugas kesehatan di Santiago, Chili yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac COVID-19, untuk membandingkan efisiensi vaksin terhadap varian baru dibandingkan dengan bagaimana vaksin itu bereaksi terhadap strain yang telah ditemukan sebelumnya.

Baca Juga: Smell Training, Memulihkan Indra Perasa dan Penciuman yang Hilang Akibat Infeksi Covid-19 Gunakan Sejumlah Sumber Bebauan, Ternyata Kopi Justru Tidak Boleh

Mereka menyimpulkan bahwa mutasi yang ada pada protein lonjakan varian Lambda sangat mengurangi efisiensi vaksin dibandingkan dengan varian Alpha dan Gamma.

Meskipun, tidak ada perbandingan yang dibuat antara varian Lambda dan Delta, varian yang kini banyak membuat khawatiran negara-negara di dunia.

Awalnya varian Lambda diidentifikasi di Peru tahun lalu, dan varian varian ini bertanggung jawab atas 82% kasus COVID baru di Peru selama dua bulan terakhir.

Sekitar sepertiga kasus di Chili dalam kurun waktu yang sama juga disebabkan oleh jenis Lambda, sementara Inggris adalah salah satu dari sedikit negara non-Amerika Selatan yang telah mengidentifikasi varian dalam beberapa kasus, menurut majalah Fortune.

Baca Juga: Begini Cara Rekrut Pasukan Khusus yang Buru dan Hancurkan Nuklir yang Dibuat Hitler Saat Perang Dunia Kedua, Berhasilkah Mereka?

Seperti apa varian Lambda yang menjadi kekhawatiran baru ini?

WHO mengatakan bahwa varian Lambda telah dipantau sebagai peringatan untuk waktu yang lama.

Varian Covid-19 yang mendominasi penyebaran virus corona di Amerika Latin ini, menurut WHO diduga memiliki implikasi fenotipik. Dugaan tersebut seperti potensi peningkatan penularan (transmisibilitas).

WHO menilai kemungkinan varian Lambda berpotensi meningkatkan resistensi terhadap antibodi penawar, dalam hal ini kekebalan yang dibentuk oleh vaksin Covid-19.

Baca Juga: Punya 15 Istri dan Hidup Mewah di Tengah Penderitaan Rakyatnya, Raja Afrika Ini Dituduh Kabur Dari Rakyatnya, Sang Putri Raja Pun Beri Kesaksian Tentang Ayahnya Begini

Kemungkinan varian Covid-19 dari virus Lambda ini berpotensi menghindari antibodi yang dihasilkan vaksin, mirip dengan kemampuan varian virus corona Beta dari Afrika Selatan.

WHO juga menyebutkan bahwa varian Lambda mengandung beberapa mutasi virus corona pada protein spike.

Mutasi-mutasi virus tersebut antara lain mutasi G75V, T76I, del247/253, L452Q, F490S, D614G dan T859N.

Meski demikian, hingga saat ini, bukti yang ada masih terbatas terkait dampak penuh yang terkait perubahan genom dari varian baru virus corona ini.

Baca Juga: Penting! Inilah Makanan yang Harus Dikonsumsi saat Pandemi Covid-19 Menurut WHO, Apa Saja?

Sementara itu, disebut dengan kombinasi sistem kesehatan yang kewalahan dan penduduk yang tidak mematuhi tindakan pencegahan membuat Amerika Latin menjadi tempat yang sempurna untuk perkembangan varian Lambda.

Kini ada lebih dari 1 juta kematian akibat virus corona, dengan fakta tersebut kawasan Amerika Latin bisa menjadi episentrum baru varian virus corona.

Misalnya di Kolombia, varian virus corona B.1.621 yang sangat menular, varian Covid-19 yang menjadi perhatian yang pertama kali terdeteksi di sana pada Januari lalu, telah semakin menyebar.

Menurut ahli virologi Pablo Tsukayama dan timnya dari Cayetano Heredia University yang telah melacak evolusi varian Lambda di Peru, sangat mungkin varian baru lain akan muncul selama gelombang ketiga infeksi virus corona selama musim dingin di Amerika Selatan antara Juli hingga September.

Baca Juga: Saat China Koar-Koar Siap Tempur Jika Perang Dunia III Pecah, 'Kekuatan Asing yang Mencoba Menindas China Akan Hadapi Pertumpahan Darah di Te,bok Besar China'

(*)

Artikel Terkait