Intisari-online.com - Belakangan dunia digemparkan dengan kasus penembakan Presiden Haiti Jovenel Moise.
Penembakan tersebut terjadi pada Rabu (7/7/21), di kediaman rumahnya.
Hingga kini pembunuh presiden tersebut diburu oleh pasukan Haiti, karena dianggap mengancam stabilitas negaranya.
Selain itu, masih banyak teka-teki yang belum terpecahkan dari pembunuhan yang terjadi Rabu malam tersebut.
Menurut laporan Perdana Menteri Haiti, Claude Joseph mengatakan pembunuh Jovenel Moise berbicara dengan bahasa Spanyol.
Mereka merupakan sekelompok orang asing yang kemudian melakukan aksi teror dengan menambak mati Presiden Jovenel Moise.
Hingga pemilihan pemimpin baru, kini Haiti dipimpin oleh Perdana Menteri Claude Joseph.
Beberapa saluran media asing menyebut Perdana Menteri Joseph bisa menjabat sebagai Presiden.
Masa jabatan Presiden Moise seharusnya berakhir pada Februari tahun ini, tetapi putusan pengadilan tinggi memungkinkan dia untuk terus memimpin negara itu hingga 2022.
Sementara itu,Orang-orang yang membunuh Presiden Haiti di kediaman, mengaku sebagai agen narkoba AS (DEA).
Tetapi ada kemungkinan mereka telah melarikan diri dari negara itu.
Para pembunuh itu datang ke rumah Presiden Jovenel Moise sebagai Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA).
Tetapi perilaku mereka tidak sesuai dengan pasukan dari badan AS, ungkap Duta Besar Haiti untuk AS Bocchit Edmond mengatakan pada 7 Juli.
Dalam sebuah video yang diposting di media sosial, para pembunuh muncul di luar istana presiden, mengaku sebagai agen DEA.
Salah satu pembunuh berkata dengan aksen Amerika, "Ini adalah agen DEA. Semua orang berbaring," menurut The Sun.
Agen DEA sering berpartisipasi dalam banyak misi di negara-negara Amerika Tengah dan Selatan.
Haiti adalah negara Karibia yang berbatasan dengan Dominika, sekitar 80km dari Kuba melalui laut.
Sementara itu, duta besar AS untuk Haiti, Boccit Edmond mengatakan kepada Reuters bahwa "tidak mungkin agen DEA".
Seorang pejabat senior di pemerintahan Haiti mengatakan "para pembunuh adalah tentara bayaran profesional".
Media di negara tetangga Dominika melaporkan bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki kemungkinan bahwa para pembunuh telah melarikan diri ke Dominika melalui darat.