Intisari-Online.com - Di era modern seperti sekarang ini, sebagian besar negara mengembangkan berbagai disiplin seni bela diri.
Di Amerika Serikat, siswa yang minat seni bela diri bisa ikut belajar apa saja mulai dari Karate Jepang hingga Krav Maga Israel di mal-mal lokal.
Jadi tidak mengherankan jika militer juga mengadopsi berbagai disiplin ilmu, termasuk bela diri ke dalam proyek nyatanya.
Program Seni Bela Diri Korps Marinir, sebagai salah satu contoh, menyediakan 17 disiplin seni bela diri yang berbeda.
Yakni mulai dari Jiu-Jitsu Brasil hingga Kung Fu.
Hal ini dilakukan untuk memastikan Marinir mampu bertarung dengan tangan kosong melawan musuhnya.
Dilansir dari Wearethemighty.com, Iran konon telah menempatkan penekanan pada seni bela diri demi pertahanan.
Tak hanya itu, Iran juga diduga telah memaksa instruktur seni bela diri untuk bekerja sebagai pembunuh. Benarkah?
Menurut info yang dikirim dari kedutaan AS di Misi Baku Azerbaijan yang diungkapkan oleh WikiLeaks, pemerintah Iran mengharapkan sekolah dan klub seni bela diri untuk berperan sebagai "penegak" untuk membendung perbedaan pendapat publik.
Master ninja sabuk hitam digunakan oleh dinas Intelijen untuk membunuh setidaknya enam orang yang berbeda selama beberapa bulan.
Para tersangka korban ini disebut sebagai “intelektual muda” dan “aktivis pro-demokrasi.”
Pemerintah Iran membentuk 3.500 tentara ninja yang semuanya perempuan?
Menjadi perempuan di Iran mungkin tidak menikmati hak atau kesetaraan yang sama yang dapat ditemukan di negara-negara Barat.
Tetapi itu tidak berarti bahwa pemerintah Iran kadang-kadang tidak mengakui kemampuan wanita.
Kebanyakan wanita mungkin tidak diperbolehkan untuk bepergian ke luar rumah mereka tanpa pengawalan laki-laki, tetapi beberapa perempuan justru menjadi pembunuh rahasia yang melayani pemerintah mereka.
Pada 18 Februari 2012, Reuters mengklaim Iran melatih lebih dari 3.500 ninja wanita.
Namun Iran membantah dan mengatakan bahwa laporan itu menyesatkan.
Iran menyebut bahwa beberapa dari wanita ini adalah pelajar atau ibu rumah tangga dan memilih olahraga ini hanya karena minat pribadi mereka.
Akbar Faraji, yang mendirikan Ninjutsu di Iran lebih dari 22 tahun yang lalu, mengutuk tuduhan media Inggris dan telah melayangkan gugatan pencemaran nama baik terhadap Reuters waktu itu.
(*)