Intisari-Online.com - Pemerintah Israel telah mengecam keras pemilihan hakim garis keras Ebrahim Raisi.
Mereka mengatakan bahwa itu harus menandakan berakhirnya kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada hari Minggu mengatakan pemilihan Ebrahim Raisi sebagai presiden Iran menandai lahirnya "rezim algojo brutal" yang tidak dapat dipercaya dalam kesepakatan nuklir.
Baca Juga: Zionisme Lahir Lebih dari 120 Tahun yang Lalu, Bagaimana Perkembangannya Sekarang?
Dilansir dari DW, Sabtu (19/6/2021), Raisi, seorang ulama konservatif berusia 60 tahun, mengambil alih pada saat kritis.
Yakni ketika Iran berusaha menyelamatkan kesepakatan nuklirnya yang compang-camping dengan kekuatan besar dunia.
Apa yang dikatakan orang Israel?
"Pemilihan Raisi, menurut saya, adalah kesempatan terakhir bagi kekuatan dunia untuk bangun sebelum kembali ke perjanjian nuklir."