Intisari-Online.com -Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran semakin memanas.
Hal ini terjadi setelah AmerikaSerikat dan Iransaling melakukan serangan bom dalam beberapa pekan terakhir.
Pada hari Senin, pasukan Amerika Serikat (AS) mendapat serangan roket di Suriah.
Itu sebagai pembalasan nyata atas serangan udara yang diperintahkan oleh Joe Biden selama akhir pekan terhadap milisi yang bersekutu dengan Iran di Suriah dan Irak.
Seorang juru bicara militer AS mengatakan pasukan telah membalas untuk membela diri.
Di manaketegangan antara negara-negara meningkat dan kekhawatiran atas upaya AS untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang rapuh tumbuh.
Tembakan roket pada Senin menggarisbawahi risiko eskalasi dan batas daya tembak militer AS untuk menahan milisi yang bersekutu dengan Iran.
Serangkaian serangan pesawat tak berawak yang semakin canggih terhadap personel dan fasilitas AS di Irak telah disalahkan pada pasukan ini oleh AS.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Gedung Putih membela serangan di Irak dan Suriah pada hari Minggu sebagai cara untuk menghilangkan risiko konflik.
"Kami mengambil tindakan yang diperlukan, tepat, disengaja yang dirancang untuk membatasi risiko eskalasi," kata Blinken seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (30/6/2021).
"Tetapi juga untuk mengirim pesan pencegahan yang jelas dan tidak ambigu."
Jen Psaki, sekretaris pers Gedung Putih, mengatakan Iran terlibat dalam perilaku yang sangat bermasalah.
Dan Presiden Biden merasa yakin bahwa serangan itu diperlukan, tindakan yang tepat, dan disengaja."
Ini adalah kedua kalinya Presiden Joe Biden memerintahkan serangan balasan terhadap milisi yang didukung Iran sejak menjabat lima bulan lalu.
Dia memerintahkan serangan terbatas di Suriah pada bulan Februari, waktu itu sebagai tanggapan atas serangan roket di Irak.
Dua pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan milisi yang didukung Iran telah melakukan setidaknya lima serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas yang digunakan oleh AS dan personel koalisi di Irak sejak April.
Meskipun demikian, pemerintahan Biden telah berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran.
Di mana kesepakatan itu telah dinegosiasikan oleh Obama dan dibunuh oleh Trump.