Intisari-Online.com - Indonesia menghadapi lonjakan infeksi Covid-19, di mana jumlah kasus infeksi harian terus mencatatkan puncak baru.
Bahkan di Asia Tenggara, banyaknya kasus Covid-19 Indonesia merupakan yang terparah.
Rupanya, hal itu tak lepas jadi sorotan dunia, dengan tindakan masyarakat Indonesia beberapa waktu lalu disebut-sebut sebagai pemicunya.
Media Vietnam, 24h.com.vn, melaporkan bahwa jumlah infeksi COVID-19 baru di Indonesia 'sekali lagi' meningkat ke puncak baru.
Mereka menyoroti sejumlah puncak baru yang diketahui berdasarkan data yang diumumkan Kementerian Kesehatan Indonesia selama seminggu lalu.
Dimulai pada 21 Juni, jumlah infeksi baru di Indonesia yang diumumkan adalah 14.536.
Jumlah tersebut melebihi puncak 14.518 yang terjadi hampir 5 bulan sebelumnya.
Sementara itu disebutkan dalam waktu kurang dari seminggu, tiga puncak baru telah dikonfirmasi.
Baca Juga: Inggris vs Jerman di Euro 2020, Ini Sejarah Pertemuan Keduanya
Di antaranya 15.308 kasus (23 Juni), 20.574 kasus (24 Juni) dan yang terbaru adalah 21.095 kasus yang dilaporkan pada 26 Juni.
Penambahan kasus pada 26 Juni membuat Indonesia telah mendeteksi total kasus Covid-19 sebanyak 2.093.962, termasuk 56.729 kematian dan 1.842.457 pasien telah sembuh.
Kemudian, sejak 17 Juni hingga 26 Juni, jumlah infeksi baru per hari yang diumumkan Indonesia lebih dari 10.000.
Selama sepuluh hari tersebut, jumlah total infeksi baru adalah 156.313, atau 8% dari semua infeksi COVID-19 yang tercatat dalam 15 setengah bulan sebelumnya.
Mengutip Channel News Asia, media asing tersebut mengatakan, jumlah infeksi baru di Indonesia dapat terus meningkat dari sekarang hingga awal Juli.
Meski, kematian akibat COVID-19 yang baru dilaporkan Indonesia pada 26 Juni sebanyak 358, turun dari 422 kasus yang tercatat pada hari sebelumnya.
Digambarkan bahwa Covid-19 di Indonesia memiliki catatat yang menyedihkan.
Hal lain yang disoroti adalah penyebab banyaknya infeksi Covid-19 di Indonesia.
Disebut bahwa banyaknya orang bepergian selama akhir bulan puasa Ramadhan menjadi penyebabnya.
Bahkan, meskipun instruksi pencegahan epidemi tambahan telah dikeluarkan sebelumnya, masyarakat Indonesia tetap bepergian.
Hal tersebut dikatakan menyebabkan sistem kesehatan Indonesia menunjukkan tanda-tanda overload.
Dilaporkan juga, kondisi rumah sakit di Jakarta yang kewalahan, di mana jenazah pasien harus menunggu di depan rumah lebih dari setengah hari sebelum petugas medis datang.
"Peristiwa itu terjadi dua hari sebelumnya, ketika polisi setempat menerima informasi tentang kematian ini tetapi tidak bisa berbuat apa-apa selain memasukkan mayat ke dalam tas putih dan meninggalkannya di rumah pasien," tulis 24hr.com.vn.
Sementra, staf medis khusus di daerah tempat kejadian yang tidak disebutkan, harus bersusah payah menangani tujuh jenazah pasien COVID-19 lainnya.
"Infeksi meningkat pesat di kota-kota besar ini. Jakarta menyumbang hampir seperempat dari kasus COVID-19 yang telah tercatat di Indonesia."
Diungkapkan, Presiden Indonesia Joko Widodo telah menetapkan target untuk memvaksinasi 7,5 juta dari 10,5 juta penduduk Jakarta vaksin COVID-19 pada akhir Agustus.
Sementara itu, hampir 4,09 juta penduduk Jakarta telah divaksinasi, termasuk lebih dari 1,91 juta orang yang telah menerima dua dosis penuh vaksin, menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, dikutip media tersebut.
Secara keseluruhan, Indonesia telah menyebarkan lebih dari 40,22 juta dosis vaksin COVID-19, membantu lebih dari 13,11 juta orang untuk diimunisasi lengkap dan hampir 14,11 juta lainnya menerima satu dosis vaksin.
Namun, disoroti bahwa Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah infeksi dan kematian akibat COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara, yang mana infeksi tertinggi kedua adalah Filipina.
Di Filipina ada lebih dari 1,39 juta kasus, sementara negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara tidak lebih dari 1 juta infeksi.
(*)