Intisari-Online.com - Pada September tahun lalu, Angkatan Udara China merilis video yang menunjukkan simulasi serangan oleh pengebom H-6.
Pengebom berkemampuan nuklir itu diperlihatkan melesakkan rudal ke landasan pacu Pangkalan Angkatan Udara Andersen, Guam, sebuah fasilitas militer Amerika Serikat (AS) yang memiliki peran kunci di Asia Pasifik.
Collin Koh, peneliti pada Institut Studi Pertahanan dan Strategis Singapura, mengatakan, video itu ditujukan untuk memamerkan pertumbuhan kekuatan China, terutama dalam proyeksi kekuatan jangka panjang.
”Video itu dimaksudkan untuk memperingatkan Amerika bahwa posisi pertahanan yang dianggap paling aman seperti Guam dapat terancam ketika konflik di kawasan, baik terkait Taiwan maupun Laut Cina Selatan, meletus,” kata Collin.
Lima bulan kemudian, dalam perbincangan melalui telepon dengan Presiden China Xi Jinping, Presiden AS Joe Biden sebagaimana para pendahulunya menegaskan pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Biden sendiri, dalam sebuah kunjungan ke Pentagon, menegaskan pentingnya menghadapi tantangan baru yang dikatakannya ditimbulkan oleh China.
Bahkan, dalam kesempatan itu, Biden mengumumkan pembentukan departemen baru yang akan meninjau semua aspek pendekatan keamanan AS atas China.
Dalam pertarungan pengaruh dan dinamika geo-politik di kawasan, Indonesia memilih tidak condong kepada satu sisi.
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, dalam wawancara Jumat (25/6/2021), menegaskan, Indonesia berpegang pada prinsip bebas dan aktif dalam menjalankan politik luar negeri.
Indonesia memilih mengedepankan kepentingan nasional, yakni pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, yang pada gilirannya memungkinkan membangun kekuatan ekonomi dan pertahanan secara mandiri.
Dalam bidang ekonomi dan teknologi, misalnya, Indonesia menjalin kerja sama dengan China dan Korea Selatan (Korsel).
Wujudnya, antara lain, dalam pengembangan pusat industri di Morowali (Sulawesi Tengah), Weda Bay (Maluku), dan Virtue Dragon (Sulawesi Tenggara).
Ada pula Tanah Kuning Industrial Park (Kalimantan Utara) yang diproyeksikan menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia seluas 30.000 hektar serta Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang di Kepulauan Riau dengan nilai investasi hampir 117 miliar dollar AS.
Meski begitu, dua kekuatan negara adidaya tersebut terus beradu dan menegang, pada Selasa (22/6), Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melacak dan memantau kapal perang AS saat berlayar melalui Selat Taiwan.
Komando Teater Timur PLA mengorganisir pasukan laut dan udara, melacak serta memantau dengan siaga tinggi atas kapal perusak berpeluru kendali USS Curtis Wilbur, Kolonel Senior Zhang Chunhui, juru bicara Komando Teater Timur mengatakan, Rabu (23/6).
Ini adalah keenam kalinya kapal perang AS berlayar melalui Selat Taiwan sejak Joe Biden menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari lalu.
Terakhir kali, USS Curtis Wilbur berlayar melalui Selat Taiwan pada 18 Mei lalu, yang juga diawasi ketat oleh Komando Teater Timur PLA.
(*)