Intisari-Online.com -Tak terhitung berapa nyawa warga Palestina tak berdosa yang tewas akibat serangan-serangan brutal Israel ke wilayah Gaza.
Bombardir Israel ke Gaza bulan Mei lalu menyebabkan 232 orang Palestina, termasuk 65 anak-anak terbunuh.
Sejumlah negara mengutuk Israel atas peristiwa yang terjadi di Masjid Al Aqsa, dan upaya pengusiran terhadap warga Palestina di Sheikh Jarrah.
Hingga saat ini, Israel tak menyerah untuk mengusir warga Palestina dari rumah-rumah mereka untuk mendirikan pemukiman Yahudi Israel.
Korea Utara bahkan menuduh Israel melakukan genosida, dan menargetkan anak-anak selama serangan bulan Mei.
Korea Utara juga menyatakan bahwa seluruh jalur Gaza telah berubah menjadi rumah jagal manusia yang besar dan tempat pembantaian anak-anak.
Namun, bak lupa pada kekejamannya sendiri, Israel justru turut mengecam China atas tindakan brutalnya pada minoritas Muslim Uighur.
Melansir The Jerusalem Post, Rabu (23/6/2021), Israel mengambil sikap baru terhadap perlakuan yang tidak manusiawi China dan penahanan paksa terhadap minoritas Uighur dengan menandatangani kecaman yang dikeluarkan pada sesi ke-47 Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada hari Selasa, atas perintah Washington.
Pemungutan suara menandai perubahan cara Yerusalem memandang Beijing secara diplomatis.
Keputusan untuk menandatangani pernyataan tersebut diambil oleh Menteri Luar Negeri Yair Lapid, berkoordinasi dengan Perdana Menteri Naftali Bennett.
Kecaman yang diajukan oleh Kanada, ditandatangani oleh sedikitnya 45 negara, tidak mencantumkan kata genosida.
Pernyataan seperti itu telah dikeluarkan dalam sesi sebelumnya, tetapi ini adalah pertama kalinya Israel menandatangani dokumen semacam itu di Jenewa.
Beberapa sumber diplomatik mengatakan bahwa Israel telah melakukannya atas permintaan Amerika Serikat dan Kanada, tetapi itu tidak diajukan sebagai permintaan.
Sementara itu, diplomat China meminta Israel untuk tidak bergabung dengan pernyataan itu sebelum dirilis.
Ini bukan pertama kalinya Yerusalem mengambil sikap yang membuat marah Beijing.
Israel baru-baru ini turut memberikan suara pada penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia ke dalam sumber pandemi COVID-19, yang sangat dihindari China.
Sumber-sumber diplomatik mengatakan bahwa sementara Israel berdiri dengan tegas di belakang penandatanganan pernyataan yang mengutuk perlakuan China terhadap Uyghur, itu bukan perubahan menyeluruh dalam kebijakan terhadap Beijing, dan bahwa Kementerian Luar Negeri akan menangani kasus demi kasus dasar.
Namun, Lapid telah mengisyaratkan bahwa ia ingin menekankan kepada dunia bahwa Israel adalah demokrasi liberal dan berusaha untuk menyelaraskan dengan negara-negara yang berpikiran internasional.
Saat ini, AS mengambil garis yang lebih keras dengan China, seperti juga negara-negara demokrasi Barat lainnya yang sebagian besar juga sekutu Israel.