Karena ritual Tara Bandu juga memanggil dunia roh, maka konsekuensinya mungkin tidak hanya materi, tetapi juga hal yang berhubungan dengan supranatural.
Pada awal hari ketiga dan terakhir ritual, ketika kabut masih membubung dari bukit dan ladang, arak-arakan lebih dari 100 penduduk desa menuju hutan.
Rombongan penabuh genderang yang mengenakan penutup kepala upacara mengatur langkah, memimpin kepala desa.
Sesampainya di sebuah pembukaan hutan kecil, arak-arakan berhenti di sebuah gubuk jerami besar yang didirikan di atas panggung, dikenal sebagai Uma Lulik.
Uma Lulik, atau Rumah Roh, adalah pusat kepercayaan dan praktik adat.
Di dekatnya, seekor kerbau menunggu pengorbanan dengan tanduknya diikat di antara dua pohon dan matanya dibalut.
"Kita harus menumpahkan darah agar tara bandu memiliki arti atau efek apa pun," jelas kepala desa Armindo de Silva.
De Silva, yang dikenal sebagai Raja Buaya, 65, diyakini oleh penduduk lokal memilikikekuatan untuk memerintah dan mengendalikan buaya.
Tentu saja, dia mendapat rasa hormat yang besar dari komunitasnya.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR