Namun setelah itu, beberapa anggota berhasil ditangkap Belanda dengan tipu muslihatnya memanfaatkan warga lokal.
Juga terjadi beberapa kali kontak senjata dengan Belanda termasuk yang menewaskan KU I Fortianus yang tertembak di dada. Beberapa anggota lagi kembali ditangkap Belanda.
Semakin dekat pasukan ke Kaimana semakin sering terjadi kontak senjata.
Perkampungan penduduk di sekitar Kaimana telah dijaga ketat pasukan Belanda dan mata-matanya.
Kekurangan makanan menyebabkan kondisi fisik pasukan menjadi lemah dan memudahkan Belanda menangkap mereka.
Berita gencatan senjata baru mereka terima melalui pamflet yang dijatuhkan dari udara, yang itupun mereka duga hanya tipu muslihat Belanda.
Di akhir Operasi Banteng Ketaton di Kaimana diketahui bahwa PGT telah kehilangan sejumlah anggotanya. Mereka yang gugur adalah KU I Fortianus dan KU II Gintoro.
Sementara yang terluka tembak adalah KU I Sahudi yang terluka saat terjun dan PU I G. Godipun.
Adapun yang gugur di Fak-Fak adalah SMU Picaulima, KU I Atjim Sunahju, KU I Sariin bin Djafar, PU I Lestari, dan PU I Suwito. Dua orang yaitu KU I S. Bomba dan PU I Pardjo hanya mengalami luka ringan.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR