Intisari-Online.com - Kopassus, merupakan pasukan khusus Indonesia dari Angkatan Darat yang punya moto "Berani, Benar, Berhasil".
Jika berbicara tentang motto Kopassus, mungkin salah satu sosok yang telah menunjukkan kesungguhannya menjiwai motto tersebut adalah legenda Kopassus yang satu ini.
Dia adalah Agus Hernoto, anggota pasukan komando berkaki satu yang tetap memiliki semangat juang tinggi.
Di era Soeharto, sosoknya selalu dicari oleh Sang Presiden.
Presiden Soeharto yang tetap mengingat kisah Agus, selalu menanyakan kondisi kakinya setiap kali mereka bertemu.
Ya, ada kisah yang menggugah semangat perjuangan di balik kondisi kaki Agus yang hanya tinggal satu karena diamputasi.
Luka itu didapatkan Agus ketika ia memimpin Operasi Banteng I dalam rangka pembebasan Irian Barat.
Kakinya terpaksa harus diamputasi karena tertembak tentara Belanda.
Kisah Kolonel Inf Agus Hernoto dituangkan dalam buku Legenda Pasukan Komando: Dari Kopassus sampai Operasi Khusus.
Saat dikeluarkannya perintah Trikora (Tri Komando Rakyat), sebagai usaha pemerintah Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat, Agus Hernoto merupakan salah satu prajurit yang ditugaskan dalam misi tersebut.
Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Soekarno juga membentuk Komando Mandala, dengan Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima.
Tugas komando tersebut merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Ada beberapa operasi dilaksanakan, satu di antaranya menggunakan Kopassus.
Sebagai anggota Kopassus, Agus saat itu mendapat tugas memimpin Operasi Banteng I.
Namun ketika menjalankan tugas, timah panas menembus kaki kirinya, sementara pecahan granat tertancap di punggung kanannya.
Karena kakinya cacat setelah diamputasi, Agus dikeluarkan dari Kopassus yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Dikeluarkan dari Kopassus, Agus sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa atau Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno.
Kemudian ia dan Benny Moerdani bergabung dengan Operasi khusus (Opsus) yang dipimpin oleh Ali Moertopo.
Benny Moerdani sendiri merupakan atasan Agus yang juga dikeluarkan dari Kopassus karena membela anak buahnya itu.
Jika Agus sempat menjadi Pengawal Presiden Soekarno, Moerdani bergabung dengan Komando Cadangan Strategis Angkatan darat (Kostrad) sebelum bergabung dengan Opsus.
Di dalam Opsus, Agus pun menjadi orang kepercayaan Ali dan Benny. Bahkan, siapa pun yang ingin bertemu dengan Ali dan Benny harus melalui dii sehingga muncul ungkapan "Agus itu Opsus. Opsus itu Agus".
Agus menunjukkan, bahwa meski ia dikeluarkan dari Kopassus, namun tak membuatnya berhenti mendedikasikan hidupnya sebagai prajurit membela negara.
Setelah mendapat kesaksian akan keberanian Agus dari tentara Belanda yang menawannya, pemerintah memberikan penghargaan Bintang Sakti kepada agus.
Tak banyak prajurit meraih penghargaan tertinggi di militer tersebut. Hanya mereka yang menunjukkan sikap luar biasa dalam tugas negara yang pantas menyandangnya. Agus adalah salah satunya.
Selama hidupnya, Agus mengabdi kepada bangsa dan negara sejak masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dalam Divisi Brawijaya di Malang.
Sebelum bergabung dengan RPKAD atau Kopassus, ia bertugas di Batalion Andi Mattalatta di Makasar Sulawesi Selatan.
Melanjutkan pengabdiannya dari Kopassus, Agus menjadi Opsus di bawah Bakin, dan terakhir di Pusintelstrat Hankam (kemudian bernama Bais ABRI).
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini