Intisari-online.com -Pemerintah Amerika Serikat telah menghabiskan seminggu kemarin menilai laporan kebocoran reaktor nuklir China.
Laporan mereka terima setelah perusahaan Perancis yang memiliki bagian dari perusahaan dan membantu mengoperasikannya memberikan peringatan "ancaman radiologi" menurut pejabat AS.
Dikutip dari CNN, peringatan termasuk tuduhan bahwa otoritas keamanan China meningkatkan batas ambang untuk deteksi radiasi di luar Reaktor Nuklir Taishan, provinsi Guangdong, utara Hong Kong.
Hal tersebut dimaksudkan menghindari reaktor nuklir ditutup, menurut surat dari perusahaan China ke Departemen Energi AS.
Raksasa energi Perancis EDF memiliki 30 persen saham gabungan dalam pengoperasian dan kepemilikan reaktor nuklir Taishan.
Sedangkan 70% sisanya dimiliki perusahaan negara China, General Nuclear Power Corp.
"EDF telah menginfokan peningkatan konsentrasi gas mulia tertentu di sirkuit utama reaktor nomor satu di reaktor nuklir Taishan," tulis pernyataan di situs perusahaan tersebut.
"Kehadiran gas mulia tertentu di sirkuit utama adalah fenomena umum yang sudah dipelajari dan disediakan untuk prosedur pengoperasian reaktor."
Masih tidak jelas di mana penimbunan gas terjadi, membuat pakar ragu seberapa parah masalahnya.
Sedangkan pemerintahan Biden yakin fasilitas itu belum mencapai tingkat krisis.
Sementara pejabat AS menekankan situasi tidak menjadi ancaman parah untuk pekerja di reaktor atau rakyat China, cukup aneh bagi perusahaan asing menjangkau pemerintah AS meminta bantuan.
Padahal perusahaan negara China saja belum mengakui ada masalah tersebut.
Skenario ini malah menyudutkan AS di posisi yang sulit.
Namun, kekhawatiran pemerintah AS cukup besar sampai Dewan Keamanan Nasional mengadakan beberapa pertemuan minggu lalu untuk memonitor situasi, termasuk dua pertemuan tingkat deputi dan pertemuan lainnya di tingkat asisten sekretaris Jumat lalu.
Administrasi Biden telah mendiskusikan situasi ini dengan pemerintah Perancis dan pakar mereka sendiri di Departemen Energi.
AS juga telah menghubungi pemerintah China, meskipun tidak jelas bagaimana cara menghubunginya.
Pakar nuklir yang pensiun dari Laboratorium Nasional Los Alamos tahun 2001, Cheryl Rofer, mengatakan "tidak heran jika Perancis akan menghubungi kami.
"Umumnya hal ini tidak istimewa, terutama jika mereka berpikir negara yang mereka panggil memiliki kemampuan membantu.
"Namun China senang menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja, kapanpun itu," tambahnya.
AS memberikan izin bagi perusahaan Perancis untuk menyediakan bantuan teknis atau dukungan guna menyelesaikan isu ini.
Namun kembali lagi, keputusan menutup reaktor tersebut ada pada tangan pemerintah China.
Sedangkan perusahaan China sendiri mengatakan dalam pernyataan resminya dari data yang menunjukkan "reaktor Taishan dan lingkungan di sekitarnya dalam keadaan parameter yang normal", menurut Reuters.
Perusahaan Perancis mengatakan dalam pernyataan di situs resminya Senin: "Menurut data yang tersedia, reaktor beroperasi dalam parameter yang aman. Tim kami sedang bekerja dengan pakar yang relevan untuk menilai situasi dan mendapatkan solusi untuk menyelesaikan potensi masalah."
Sedangkan badan pengawas PBB untuk energi atom International Atomic Energy Agency (IAEA), mengatakan mereka berhubungan dengan pejabat di China terkait isu tersebut dan mengatakan dalam pernyataan jika "saat ini, agensi tidak mendapatkan indikasi jika insiden radiologis terjadi," melansir Reuters.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini