“Semua yang saya lakukan hari ini saya serap dari warisan Sheikh Abdullah Nimr Darwish,” kata Abbas di kantornya.
“Dia mulai di penjara dan berakhir dengan inisiatif perdamaian agama. Saya tidak harus melewati lintasan yang sama. Saya mengambil ajarannya dan saya melanjutkan dari mana dia berakhir.”
Partainya, Partai Arab Bersatu (juga dikenal dengan akronim Ibrani Ra'am), didirikan sebagai sayap politik gerakan Islam Darwish pada tahun 1996.
Abbas telah menjadi pemimpin Partai Arab Bersatu sejak awal 2019, tahun ketika dia pertama kali terpilih menjadi anggota Knesset.
“Kami memiliki dua topi: di satu sisi kami adalah orang Arab Palestina. Tapi kami juga warga Arab Israel,” katanya.
Secara historis, partai-partai Zionis Yahudi tidak membuat aliansi dengan partai-partai Arab, bahkan jika hal itu berarti mereka tidak akan dapat membentuk pemerintahan.
Baca Juga: Yuk Makan Buah Peach Alias Buah Persik! Ini Manfaat yang Akan Diperoleh Tubuh Anda
Pada April 2020, pemimpin oposisi saat itu Benny Gantz, yang menjalankan kampanye untuk menggulingkan Netanyahu, justru akhirnya bergabung dengannya dalam pemerintahan.
“Itu adalah momen yang menentukan,” kata Abbas.
Saat itulah ide muncul di benaknya untuk menjangkau bukan ke kiri liberal, tetapi ke sayap kanan yang kuat namun retak.
“Saya mengatakan bahwa saya bersedia untuk berkolaborasi dengan seluruh spektrum politik dan itulah cara saya membuka pilihan dan pintu lebar untuk politik Arab di Knesset,” katanya.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR