Pendirian masjid tersebut juga direstui Kepala Suku Arab saat itu, Hamud bin Awad Al-Katiri.
Namun, masjid tersebut sempat direnovasi ketika wilayah Timor Leste berada di bawah pemerintahan Indonesia.
Tepatnya pada 20 Maret 1981, masjid direnovasi oleh Pangdam IX/Udayana, Mayjen Dading Kalbuadi.
Tempat ibadah tersebut menjadi saksi sejarah kehadiran umat Islam di Timor-Timur, baik pada masa Portugis, saat berintegrasi dengan Indonesia ataupun ketika menjadi negara sendiri.
Mengutip kemendikbud.go.id, Ketika Timor Leste berada di bawah pendudukan Portugis, masyarakat Kampung Alor menjadikan masjid An Nur ini sebagai salah satu tempat perjuangan politik untuk mengusir Portugis.
Tokoh-tokoh muslim Timor Timur seperti Haji Salim Bin Said Al-Katiri, Hedung Bin Abdullah dan Sya’ban Joaqim meminta bantuan rakyat dan juga kepada pemerintah Indonesia.
Masjid bersejarah ini ramai dikunjungi pada saat ibadah Salat Jumat dan hari-hari besar agama.
"Masih aktif sejak gejolak dan sampai saat ini. Ada sekolah juga. Non muslim juga sekolah di sini," tutur Imam Muslim, salah satu pengurus Masjid An-Nur, kepada wartawan, Selasa (19/9/2017), dikutip Tribunnews.
(*)
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR