Pada tahun 1999, Chung menjadi aktivis komunitas yang vokal dan mendorong komunitas Timor Lorosa’e untuk memilih dalam referendum di Melbourne.
Namun, dia khawatir ketika prospek Timor Timur merdeka semakin dekat, dan ketakutannya menjadi kenyataan ketika kekerasan meletus setelah pemungutan suara kemerdekaan ketika milisi yang didukung Indonesia mengamuk darah.
Orangtua Chung meninggalkan rumah mereka di Dili, tetapi diperkirakan 1.400 orang Timor Lorosa’e meninggal.
“Kemerdekaan tidak diberikan kepada kami seperti hadiah, tetapi sesuatu yang kami dapatkan dengan menukarnya dengan darah dan air mata.”
Samuel, 19: ‘Saya ingin menunjukkan kepada dunia apa yang bisa kita lakukan’
Samuel Boavida adalah salah satu generasi pertama orang Timor Leste yang lahir setelah pemungutan suara Kemerdekaan.
Meski lahir dan besar di Australia dan tidak pernah merasakan perjuangan generasi sebelumnya, dia tetap menghargai kemerdekaan yang diraih oleh negaranya.
“Ini penting karena saya merasa kami dapat mengambil kendali untuk diri kami sendiri dapat dapat menunjukkan siapa kami,” kata Boavida kepada ABC.
“Sangat bagus bisa mandiri, tetapi pada saat yang sama ada masalah yang masih perlu diselesaikan dalam komunitas di negara kita.”
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR