Milisi pro-Indonesia kemudian menghancurkan sebagian besar negara, menghancurkan sejumlah besar infrastruktur yang dibangun oleh orang Indonesia, dan banyak orang Timor melarikan diri.
Sebuah kekuatan internasional yang dipimpin oleh Australia kemudian menduduki Timor Timur, dan pada tahun 2002, Timor Timur menjadi negara merdeka dan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Diperkirakan bahwa hingga 200.000 orang Timor Timur tewas akibat pendudukan Indonesia dari tahun 1975 hingga 1999.
Orang-orang Timor telah dipolitisasi secara besar-besaran oleh pendudukan, dan juga oleh pertikaian politik dan pertempuran nyata yang mengikutinya.
Hal ini menyebabkan ketidakstabilan di ibu kota, tetapi banyak orang Timor kini perlahan-lahan membangun kembali kehidupan mereka.
Dari berbagai kelompok yang tinggal di Timor Timur, suku Atoni adalah yang paling banyak diteliti.
Mereka adalah keturunan dari pendatang yang tiba di Timor Barat, dan kebanyakan dari mereka masih tinggal di barat pulau, berjumlah sekitar 300.000 pada tahun 1960 dan sekitar 600.000 saat ini.
Suku Helong, yang berkerabat dengan suku Atoni, tinggal di dalam dan sekitar Kota Kupang dan di wilayah pesisir di bagian paling barat Timor Barat, serta di Pulau Semau.
Di Timor tengah sebagian besar penduduknya berasal dari Bunak (atau Bunaq), demikian pula orang Mambai yang pada umumnya mendiami pegunungan dan lembah.
Kelompok dominan di Timor Timur adalah Tetum, yang bahasanya sekarang menjadi bahasa resmi negara.
Mereka sendiri dibagi menjadi Tetum Timur dan Tetum Barat. Juga harus disebutkan tentang Cairui dan Waimaka (Uai Ma'a), yang tinggal di bagian-bagian terpencil Timor Timur dan yang gaya hidupnya paling tidak terpengaruh oleh sejarah baru-baru ini.
Ada juga Fattaluku, yang tinggal di sekitar Lorehe.
Orang Roti dan orang Ndaon, yang datang dari pulau-pulau terdekat pada periode modern awal, sekarang juga sering dianggap sebagai orang Timor.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR