Intisari-online.com - Sejak 2008, Timor Leste telah mengalami transformasi dramatis.
Dengan dukungan minyak bumi, dan hubungannya yang berkembang pesat dengan Indonesia, membuatnya membuatnya mengalami perubahan.
Pada tahun 2005, anggaran nasional Timor Leste, adalah 200 juta dollar AS.
Sedangkan pada tahun 2012, angkanya membengkak menjadi 1,7 miliar dollar AS, berkat produksi minyak di Laut Timor.
Dengan demikian uang tersebut memberikan kepercayaan diri bagi masyarakat Timor Leste.
Ini bisa membuatnya, kembali menjalin hubungan dengan Indonesia sebagai mitra bisnis.
Indonesia dipenuhi dengan kontraktor dan bisnisman, yang diyakini bisa menjadi investor di Timor Leste.
Berbekal pendapatan baru dan modal, mereka mulai merenovasi rumah elit di Dili, membangun jembatan, dan memperluas jaringan listrik ke pegunungan.
Semua ini telah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang ganas, meskipun tidak mengubah keterampilan atau posisi tenaga kerja.
PDB telah meningkat lebih dari 7 persen per tahun sejak 2007, tetapi harus dibayar dengan inflasi yang dramatis, korupsi yang meningkat.
Kesenjangan yang semakin lebar antara kaya dan miskin.
Humvee dan BMW adalah kendaraan pilihan bagi orang kaya baru di Dili.
Orang Timor dan Indonesia berkerumun di mana-mana membuat kesepakatan.
Istri kaya memakai tas Louis Vuitton, dan jam tangan emas mencolok.
Kelas baru ini mencari juga perawatan medis di Surabaya dan Singapura, dan mereka mampu membayar tunai.
Tetapi ada kekhawatiran bahwa gelembung minyak Dili sangat berbahaya dan tidak berkelanjutan, dengan banyak uang yang dicuri atau terbuang percuma.
Perekonomian sekarang 95 persen bergantung pada minyak, namun petrodollar mungkin akan mengering pada awal 2022.
Waktunya singkat, dan daftar kebutuhannya panjang.
Jaringan jalan runtuh, pasokan listrik yang andal tetap sulit didapat.
Mayoritas penduduk tetap menjadi petani subsisten yang berpenghasilan kurang dari satu dolar sehari dan bertahan hidup dari apa yang mereka tanam.
Presiden Ruak, memandu Rencana Pembangunan Nasional yang memproyeksikan Timor Lorosa'e akan menjadi negara berpenghasilan menengah di generasi berikutnya.
Tujuan ambisius itu menjadikan Indonesia sebagai pusatnya.
Pendudukan, generasi perkawinan campuran, dan kedekatan geografis adalah dasar untuk memperluas hubungan.
Sekitar 6.000 orang Timor mempelajari segala hal mulai dari hak asasi manusia hingga teknik kimia di universitas-universitas Indonesia.
Percaya bahwa integrasi ke kawasan itu sangat penting, orang Timor telah mengajukan tawaran untuk bergabung dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Singapura memblokir langkah itu, tetapi orang Timor memiliki Indonesia di sudut mereka dalam tawaran itu.
Dengan alasan keuangan Timor Leste masih belum stabil, dan dikhawatirkan akan menjadi beban keuangan ASEAN.