Sempat Gembar-gembor Banggakan Kecanggihan dan Keakuratan Serangan Israel di Gaza, Pejabat PBB Ini Akhirnya Tak Bisa Bohongi Hatinya, Minta Maaf dan Ungkap Fakta Sebenarnya

Khaerunisa

Penulis

(ilustrasi). Serangan udara Israel di kompleks Hanadi di Kota Gaza
(ilustrasi). Serangan udara Israel di kompleks Hanadi di Kota Gaza

Intisari-Online.com - Lebih dari 200 jiwa menjadi korban atas serangan Israel selama 11 hari ke jalur Gaza.

Sedikitnya 232 warga palestina terbunuh, termasuk anak-anak, akibat serangan udara Israel.

Selain memakan ratusan korban jiwa, serangan itu juga meninggalkan jejak kehancuran. Pusat kesehatan, kantor media, serta sekolah termasuk di antara struktur yang menjadi sasaran.

Ketika masyarakat dunia ikut berduka atas apa yang menimpa warga Palestina, seorang pejabat PBB justru sempat 'melontarkan pujian' terhadap israel.

Baca Juga: Sampai Harus Kirim Polisi Pembunuh 200 Muslim Kashmir ke Israel, India Siap-siap Bikin Lembah Paling Berdarah di Dunia Itu Jadi Yerusalem Kedua

Ia membanggakan kecanggihan serta keakuratan serangan Israel ke Jalur Gaza.

Menyusul pernyataannya yang menuai kecaman keras dari berbagai pihak itu, kini pejabat PBB tersebut telah meminta maaf.

Ia adalah seorang pengurus Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi di Timur Dekat (UNWRA).

Melansir middleeastmonitor.com (30/5/2021), pejabat bernama Matthias Schmale tersebut meminta maaf atas pernyataannya.

Baca Juga: Kekerasan Rasial Paling Mengerikan di Amerika, Tragedi Berdarah Tulsa 1921 yang Tewaskan Ratusan Orang

"Saya sangat menyesal bahwa komentar saya tentang ketepatan serangan IDF disalahgunakan untuk membenarkan apa yang tidak dapat dibenarkan," katanya di Twitter.

Dalam twitnya tersebut, Schmale juga menegaskan bahwa kejahatan Israel harus diselidiki.

"Membunuh anak melanggar aturan perang dan harus diselidiki secara independen. Tidak boleh ada impunitas!," lanjutnya dalam twit tersebut.

Sebelumnya, Schmale mengungkapkan dirinya mendapatkan kesan kecanggihan besar dalam cara Israel melakukan serangan.

Baca Juga: Sejarah Lahirnya Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908

Meski ia juga menyinggung bahwa ada kekejaman dalam serangan tersebut.

"Saya bukan ahli militer, tetapi saya juga mendapat kesan bahwa ada kecanggihan besar dalam cara serangan militer Israel melanda selama 11 hari terakhir," katanya.

"Ya, mereka tidak memukul, dengan beberapa pengecualian, target sipil, tetapi kekejaman, keganasan serangan itu sangat terasa,"

"… jadi saya pikir ketepatannya ada tetapi ada korban jiwa yang tidak dapat diterima dan tak tertahankan di pihak sipil," imbuhnya.

Baca Juga: Unggahannya Soal Konflik Israel-Palestina Gemparkan Dunia, Gal Gadot Kini Berseteru Langsung dengan Raksasa Hiburan Dunia dan Dihujat para Aktivis

Pernyataan itu disampaikannya kepada Saluran 12 Israel pada hari Minggu.

Bagaimanapun, pernyataan Schmale dikecam keras oleh kelompok hak asasi Palestina.

Bahkan, oleh Turki, dengan Kementerian Luar Negerinya menyebut mereka "Tidak benar, disayangkan dan sangat berbahaya."

Dalam tweet lain, pejabat PBB itu pun kembali mengungkapkan penyesalannya.

Baca Juga: Titanoboa, Ular Purba Seberat 1 Ton yang Bisa Telan Buaya Utuh-utuh

"Pernyataan baru-baru ini yang saya buat di TV Israel telah menyinggung & menyakiti mereka yang memiliki anggota keluarga & teman yang terbunuh & terluka selama perang yang baru saja berakhir. Saya benar-benar menyesal telah menyebabkan mereka kesakitan," katanya.

Serangan Israel ke jalur Gaza sendiri berakhir usai genjatan senjata disepakati antara Israel dan Hamas.

Gencatan senjata yang ditengahi Mesir tersebut mulai berlaku pada dini hari tanggal 21 Mei

Namun, sempat kembali terjadi bentrok antara warga Palestina dengan aparat Israel.

Baca Juga: Mengenang Tokoh-tokoh Persatuan dari Papua, Lawan Penjajahan hingga Berjasa dalam Penyelesaian Sengketa Indonesia-Belanda

Hal itu terjadi ketika ratusan warga Palestina memenuhi jalanan Gaza untuk merayakan berakhirnya serangan.

Akibat bentrokan tersebut , dilaporkan setidaknya 20 warga Palestina terluka.

Saat itu, pasukan keamanan Israel menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru karet ke arah jamaah di Masjid al-Aqsa, beberapa jam setelah ribuan orang berkumpul di situs suci untuk merayakan pengumuman gencatan senjata.

Sementara, Kepala Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan bahwa serangan udara Israel selama 11 hari itu mungkin merupakan kejahatan perang.

Baca Juga: Iran Tuduh Israel Lakukan Sabotase Nuklir, Mantan Bos Mossad Ingin 'Beri Pelajaran Ini'

(*)

Artikel Terkait