Intisari-Online.com - Yossi Cohen, kepala agen mata-mata Mossad yang sudah keluar telah meminta Israel untuk meningkatkan tindakan terhadap Iran.
Cohen mengatakan itu pada hari Minggu (31/5) sebagaimana diwartakan Times of Israel, setelah program nuklir Iran mengalami kemunduran dan mereka menuduh Israel berada di baliknya.
"Kegiatan melawan Iran harus ditingkatkan agar mereka mendapat pelajaran," kata Cohen pada sebuah upacara di universitas Bar-Ilan, di mana ia diberi gelar doktor kehormatan.
“Agar berhasil kita membutuhkan kepemimpinan dan keberanian, kemauan untuk bertindak."
Baca Juga: Temui Kendaraan Sempurna untuk Senjata Nuklir Israel, Delilah Punya Jangkauan 300 Kilometer
"Operasi keamanan hari ini tidak kalah pentingnya dengan perang besok," katanya, menggambarkan keamanan sebagai "fondasi yang memungkinkan kita menjalani kehidupan yang bermakna".
Cohen telah memimpin dinas klandestin legendaris Israel sejak 2016, tetapi akan digantikan dalam beberapa hari mendatang oleh David Barnea, yang ditunjuk untuk jabatan Mossad pekan lalu.
Selama waktu itu, Israel dan Iran telah mengobarkan perang rahasia yang intens yang semakin menjadi perhatian publik.
Serangkaian kebakaran dan ledakan misterius di Natanz dan fasilitas nuklir lainnya adalah ulah Israel, termasuk pemadaman listrik yang tampaknya disebabkan oleh ledakan yang merusak sentrifugal di sana bulan lalu, seperti pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh tahun lalu.
Serangan itu telah mempersulit upaya AS untuk memulai kembali pembicaraan dengan Iran dalam bergabung kembali dalam kesepakatan nuklir.
Hal itu merupakan upaya yang ditentang oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Cohen, yang juga memainkan peran utama dalam menuntaskan upaya normalisasi dengan negara-negara Teluk, dipandang sebagai orang kepercayaan dekat Netanyahu.
Dia dikabarkan menjadi pilihan Netanyahu untuk menggantikannya sebagai pemimpin Likud.
Program Nuklir Iran Diprediksi Mundur 9 Bulan
Sebelumnya diketahui bahwa Israel didugatelah ini melakukan serangan dunia maya terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir Natanz milik Iran.
Menurut intelijen AS, serangan ini akan memperlambat program nuklir Iran hingga sembilan bulan.
Pada Minggu (11/4/2021), Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), mengatakan bahwa jaringan tenaga nuklir Natanz tiba-tiba padam.
Baca Juga: Program Nuklir Negara yang Punya 'Kota-kota Rudal' Bawah Tanah Ini Sangat Mengkhawatirkan
Ketua AEOI, Ali Akbar Salehi, mengatakan insiden itu merupakan sabotase dan terorisme nuklir.
"Mengutuk langkah tercela ini, Republik Islam Iran menekankan perlunya komunitas internasional dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menangani terorisme nuklir ini," kata Salehi.
"Iran berhak menindak pelaku," tambahnya.
DilansirThe Guardian, Kementerian Luar Negeri Iran menuduh Israel melakukan sabotase itu.
(*)