Advertorial
Intisari-online.com -Isu Israel-Palestina telah lama menjadi poin utama pandangan dunia Jakarta, tapi dengan batasan-batasan lokal tertentu.
Johannes Nugroho, reporter untuk Lowy Institute, menuliskan mengapa Indonesia terlibat aktif dalam membela Palestina terutama di media sosial.
Debat publik Indonesia atas isu hak Palestina muncul kembali oleh ketegangan terakhir kemarin, yang menewaskan 243 nyawa di Gaza dan 12 di Israel sebelum gencatan senjata.
Media sosial dipenuhi animo dukungan Palestina.
Hal ini wajar mengingat sebagian besar warga Indonesia, 86.7% beragama Muslim, dan kesamaan agama menguatkan dukungan ini.
15 Mei kemarin, Presiden Jokowi menegaskan kecaman kuat Indonesia untuk Israel.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menggemakan sentimen itu, menyatakan: "Warga Palestina pantas mendapatkan keadilan. Dan kutekankan jika Indonesia akan melanjutkan mendukung perjuangan warga Palestina."
Retorika ini sejalan dengan kampanye Jokowi saat ia mencalonkan diri jadi Presiden tahun 2014 lalu untuk mendukung Palestina.
Namun, Jokowi bukan yang pertama terus mendukung Palestina.
Musuh politiknya juga mendukung Palestina karena memang itu sentimen yang sudah pasti bisa diterima masyarakat Indonesia.
Israel memang tidak populer di Indonesia.
Survei BBC World Service 2017 temukan 64% warga Indonesia serukan sikap negatif terhadap israel, dan hanya 9% melihat negara itu secara positif.
Tunjukkan solidaritas dengan warga Palestina, gubernur Jakarta Anies Baswedan yang konon dicalonkan jadi kandidat presiden didukung oleh partai Islam, memerintahkan jalan utama ibukota dinyalakan dengan warna bendera Palestina.
Dukungan terhadap Palestina sudah lama menjadi landasan kebijakan luar negeri Indonesia.
Presiden Soekarno dulunya menolak membentuk hubungan diplomatik dengan Israel dan di tahun 1953 memveto partisipasi Israel di Konferensi Asia-Afrika.
Beliau berargumen saat itu jika Israel bertindak sebagai kekuatan kolonial dengan menolak kemerdekaan Palestina.
Kemudian di tahun 1962, ketika Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games, Sukarno menahan visa dari atlet Israel yang berpartisipasi.
Namun bukan berarti Israel tidak punya pendukung di Indonesi.
Israel didukung oleh kelompok minoritas seperti Kristen.
Sebelum pandemi Covid-19, diperkirakan 30 ribu umat Kristen Indonesia per tahunnya mengunjungi Israel dalam ibadah mereka.
Dukungan untuk Israel juga sangat kuat dalam komunitas evangelis Protestan Indonesia.
Akibatnya, isu Palestina menjalar dalam politik Indonesia.
Akar ini juga karena Indonesia merasa mendapat perlakuan kolonialisme serupa sebelum merdeka.
Namun kini masalah ini telah menjadi medan pertempuran domestik tentang politik identitas, dengan dukungan untuk Palestina sebagai bagian vokal dari politik Islam di Indonesai, melawan keluhan religiusitas yang sombong.
Baca Juga: AS Kirim Utusan ke Israel-Palestina, Pengamat Sebut Hal Itu Tak Akan Menyelesaikan Masalah
Sempat AM Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Indonesia (BIN) dan sekutu Jokowi membuat kontroversi mengatakan konflik Israel-Palestina "bukan urusan Indonesia".
Menurutnya orang Indonesia harus memikirkan masalah sendiri, terutama ketika bangsa terancam oleh mereka yang mendukung pembentukan kekhalifahan".
Sayangnya, sentimen ini telah dimanfaatkan berbagai pihak, seperti kesepakatan perdagangan dengan Australia ditahan tahun 2018 lalu karena tuduhan Canberra mengikuti administrasi Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Selanjutnya tokoh terkemuka PKS Hidayat Nur Wahid menuduh pengkhianatan oleh "Zionis Indonesia" yang walaupun tidak menyebutkan nama, tapi menyinggung orang-orang Kristen pro-Israel.
Takut menyebabkan kericuhan umat Muslim, pemerintah telah memilih berpihak kepada mayoritas, walaupun itu mengorbankan kebebasan sipil.
Pengguna TikTok berumur 23 tahun dari Nusa Tenggara Barat baru-baru ini ditangkap di bawah UU ITE setelah mengunggah video "biarkan babi Palestina disembelih".
Ia kemudian menjelaskan maksudnya adalah "babi Israel" dan "namanya tertukar-tukar".
Dalam kasus yang sama, remaja dari Bengkulu menyebabkan amukan netizen ketika dia memanggil warga Palestina "babi" dalam video TikTok.
Baca Juga: Menggalang Dana, Perjuangan Bung Karno untuk Kemerdekaan Palestina Tak Pernah Redup
Sebagai ganti tuntutan, remaja perempuan tersebut dipaksa meminta maaf kepada publik dan kemudian dikeluarkan dari sekolahnya.
Rupanya ia hanya membuatnya demi konten dan tidak bermaksud jahat.
Sebagian besar perhatian pemerintah Indonesia tentang masalah Palestina terbatas pada pengelolaan dampak buruk di dalam negeri.
Realitanya, sangat sulit bagi Indonesia memiliki kontribusi yang berarti guna menemukan resolusi yang langgeng bagi konflik Israel-Palestina.
Kemenlu Indonesia mengklaim telah mengupayakan upaya diplomatik melalui organisasi multilateral, seperti PBB dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKSI) untuk menekan Israel.
Setelah Indonesia dapat kursi tidak tetap di Dewan Keamanan PBB periode 2019-20, pemerintah berjanji memberikan perhatian khusus pada masalah Palestina.
Namun kebuntuan akibat politik kekuasaan memastikan hasil yang tidak seberapa.
Indonesia juga sudah memberikan kontribusi kemanusiaan untuk Palestina.
Tahun 2018 lalu Indonesia menjanjikan bantuan 7 juta Dolar AS selama 2 tahun untuk Palestina melalui United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA).
Hampir 3 juta Dolar telah disumbangkan hasil langganan publik.
Namun angka itu kecil mengingat UNRWA memiliki anggaran tahunan lebih dari 1 Milyar Dolar AS.
Sementara sejatinya status Indonesia sebagai kekuatan menengah tidak dapat diharapkan menghasilkan langkah nyata dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina, politisinya terus menggunakan masalah ini untuk mencetak poin dan unggul di masyakarat yang mayoritas Muslim.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini