Intisari-Online.com - Penyakit Refluks Gastroesofagus atau GERD merupakan salah satu kelainan sistem pencernaan yang bisa dialami seseorang.
Pada penderita penyakit ini, terjadi asam lambung yang naik ke otot kerongkongan.
Hal tersebut dikarenakan otot LES (otot kerongkongan bagian bawah) yang melemah.
penyakit refluks gastroesofagus bisa menyerang siapa saja.
Namun, ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang lebih berisiko mengalami penyakit ini.
Di antaranya, orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan wanita hamil.
Sebagian besar dokter juga percaya bahwa hernia hiatal juga dapat melemahkan otot LES dan menyebabkan penyakit GERD.
Selain itu, pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat juga memicu terjadinya penyakit ini.
Penyakit ini memiliki beberapa gejala, namun gejala umum yang akan dialami penderita penyakit refluks gastroesofagus ini adalah sensasi terbakar di dada (heartburn).
Rasa terbakar ini terasa dari tulang dada hingga leher dan tenggorokan.
Banyak orang yang mengatakan rasanya seperti makanan yang “naik” kembali ke dalam mulut dan meninggalkan rasa asam atau pahit di lidah.
Kondisi tersebut tentunya akan sangat menyiksa penderitanya. Terlebih, rasa terbakar, tertekan, atau sakit dari heartburn dapat terjadi selama kurang lebih dua jam.
Biasanya, gejala tersebut dapat memburuk setelah makan.
Berbaring atau membungkuk juga dapat menyebabkan heartburn semakin parah.
Banyak orang memulihkan hearburn dengan berdiri dan meminum antasida (anti asam lambung) untuk membersihkan asam dari kerongkongan.
Untuk penanganan penyakit ini biasanya dilakukan dengan konsumsi obat hingga melakukan operasi.
Selain itu, beberapa hal bisa dilakukan oleh penderita penyakit refluks gastroesofagus sehari-hari untuk meringankan gejalanya.
Salah satunya dengan menerapkan kebiasaan tidur berikut ini:
1. Penderita penyakit ini sebaiknya menghindari langsung tidur setelah makan.
Dikutip Kompas.com, dr Hendra Nurjadin Sp PD KGEH, Konsultan Gastroenterologi Hepatologi dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), mengungkapkan sebaiknya dibiasakan terakhir makan 2 jam sebelum tidur.
Sementara Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Gastroenterologi Hepatologi Ari Fahrial Syam menjelaskan, langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung, termasuk asam lambung, akan berbalik arah kembali ke kerongkongan.
Posisi tiduran akan membuka katub lambung sehingga memudahkan asam lambung keluar.
Untuk itu, posisi badan setelah makan seharusnya tegak dan biarkan lambung mengolah makanan yang baru saja dikonsumsi.
Baca Juga: Memahami Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia, Apa Maksudnya?
2. Meninggikan bantal kepala ketika tidur untuk meredakan.
Menggunakan lebih banyak bantal untuk tidur akan menciptakan kemiringan antara lambung dan mulut lebih tinggi sehingga potensi asam lambung naik lebih kecil.
3. Tidur miring ke kanan.
Dikutip Kompas.com, dr Hendra Nurjadin Sp PD KGEH, konsultan gastroenterologi hepatologi dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) menjelaskan, itu terkait dengan posisi saluran dari lambung ke usus.
"Dari lambung ke usus 12 jaru, salurannya mengarah ke kanan tubuh. Kalau tidur miring ke kanan, maka makanan yang tersisa dan cairan asam akan turun ke usus," katanya.
Kebiasaan tidur pernting diperhatikan para penderita penyakit refluks gastroesofagus.
Pasalnya apabila salah posisi tidur, asam lambung akan naik ke kerongkongan dan akhirnya menimbulkan sensasi panas di dada, mulut terbakar, hingga batuk dan terbangun.
Selain kebiasaan tidur di atas, kebiasaan lain untuk mengatasi penyakit ini juga perlu dilakukan.
Misalnya mengurangi porsi makan dengan berkonsultasi dengan ahli gizi, mengurangi konsumsi makanan yang bisa melemahkan otot LES, hingga berhenti merokok bagi yang punya kebiasaan.
(*)