Meski Digempur Habis-Habisan, Mantan Intelijen Israel Malah Sebut Hamas Sebenarnya Sudah Menang, Tetapi dengan Membawa Kekalahan, Apa Maksudnya?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Rudal Qassam merupakan senjata andalan Hamas.
Rudal Qassam merupakan senjata andalan Hamas.

Intisari-online.com - Israel melanjutkan serangkaian serangan udara untuk membombardir Jalur Gaza.

Sedangkan Hamas terus meluncurkan roket melintasi perbatasan tanpa tanda-tanda pada 19 Mei.

Terdengar genjatan senjata mungkin bisa terjadi, meskipun belum ada kesepakatan yang terjadi antara Israel dan Hamas.

Para Pemimpin Israel terus mendorong serangan terhadap angkatan bersenjata Jihadis Hamas.

Baca Juga: Diimpikan Setengah Mati Meski Harus Hancurkan Masjid Al-Aqsa, Bait Suci Ketiga Justru Bisa Jadi Pintu Gerbang Akhir Dunia

Juru Bicara militer Israel mengakui bahwa mereka memiliki cukup banyak rudal untu ditembakkan ke gudang senjata Hamas di Jalur Gaza.

Diperkirakan berisi 12.000 roket dan mortir yang siap diledakkan.

Selain itu dua orang Thailand menjadi korban dalam serangan Hamas, pada Selasa (18/5) di pertanian Israel.

Hamas dan militan Islam mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Baca Juga: Berangus Tentara Israel dari Bawah Tanah, Rupanya Inilah Strategi Psikis Hamas yang Buat Panik Israel

Sementara itu, di Tepi Barat, pasukan Israel melepaskan tembakan, menewaskan empat pengunjuk rasa Palestina.

Menurut saluran Al Jazeera, Otoritas Palestina mengatakan pasukan Israel telah membunuh 24 warga Palestina di Tepi Barat sejak 10 Mei.

Pejabat kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 218 warga Palestina telah tewas, termasuk 63 anak-anak, dan lebih dari 1.500 lainnya terluka sejak pertempuran dimulai pada 10 Mei.

Otoritas Israel mengatakan 12 orang tewas di Israel, termasuk dua anak, dan sedikitnya 300 lainnya luka-luka.

Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan hampir 450 bangunan di Jalur Gaza telah hancur atau rusak parah, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan.

Sekitar 48.000 dari 52.000 orang dievakuasi ke 58 sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Israel mengatakan lebih dari 3.450 roket diluncurkan dari Gaza, beberapa di antaranya jatuh dan lainnya ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Iron Dome.

Baca Juga: Inilah Jaringan Terowongan Bawah Tanah 'Metro' di Gaza Kekuasaan Hamas yang Digunakan untuk Culik Tentara Israel

Israel juga menyebutkan jumlah pejuang Hamas yang tewas sekitar 160.

Mediator Mesir dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meningkatkan upaya diplomatik dan Sidang Umum PBB dijadwalkan untuk membahas krisis Israel-Palestina pada 20 Mei.

Jerman menyerukan gencatan senjata dan menawarkan bantuan kepada Palestina menjelang negosiasi darurat Uni Eropa.

Presiden Joe Biden juga melakukan panggilan telepon ketiganya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sejak pecahnya kekerasan dan menyatakan dukungan untuk gencatan senjata.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali di Twitter pada 18 Mei bahwa serangan Israel "akan terus berlanjut selama diperlukan untuk memulihkan stabilitas" pada rakyat Israel.

Menurut kantor berita Reuters, Netanyahu mengatakan bahwa serangan Israel telah "memundurkan Hamas selama bertahun-tahun".

Menurut beberapa komentator berita, Israel sebagai langkah pertama yang mungkin untuk gencatan senjata dalam beberapa hari ke depan ketika Netanyahu dapat melakukannya, lalu menyatakan kemenangan.

Baca Juga: Jauh Sebelum Iron Dome Jebol, Ternyata Korea Selatan Sudah Sangat Yakin Lebih Pilih Sistem Ini untuk Lindungi Negaranya dari Hantaman Rudal Korea Utara

Namun, Amos Yadlin, mantan direktur intelijen militer Israel, mengatakan bahwa gambaran tersebut jauh lebih rumit.

Ketika menyangkut kerusuhan sipil di Israel di tengah meningkatnya protes Palestina, di Tepi Barat dan sekelompok roket dari Lebanon.

Yadlin mengatakan bahwa apa yang terjadi di Tepi Barat dan mungkin terkait dengan gerakan Hizbullah di Lebanon dan orang-orang Arab di Israel.

Menunjukkan bahwa Hamas sebagian menang, tetapi hanya dalam "permainan" militer, selebihnya mereka telah kalah.

Artikel Terkait