Bukan Konflik Kemanusiaan atau Agama, Konflik Israel-Palestina 2021 Ternyata Adalah Hasil Nafsu dari Hamas dan Netanyahu Saja, Ini Sebabnya

Maymunah Nasution

Editor

Senjata yang digunakan Hamas untuk gempur Israel.
Senjata yang digunakan Hamas untuk gempur Israel.

Intisari-online.com -Ledakan perang mendadak di luar dan di dalam perbatasan Israel telah mengejutkan bangsa itu.

Melalui kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama 12 tahun, masalah warga Palestina terkubur dan terlupakan.

Perjanjian Abraham yang baru-baru dibentuk untuk menjadi solusi bagi hubungan diplomasi dengan 4 negara Arab tampaknya semakin melemahkan masalah Palestina.

Perang dapat terdorong oleh kecelakaan mendadak, tapi penyebabnya pasti hal yang lebih kompleks.

Baca Juga: Brutal dan Tak Kenal Ampun Pada Rakyat Palestina, Militer Israel Mendadak Minta Maaf, Ternyata Ucapan Maaf Tersebut Hanya Akal-Akalan Israel Untuk Musnahkan Hamas, Kok Bisa?

Dalam kasus ini, pendorongnya adalah pengusiran warga Palestina oleh nasionalis Israel dari Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur.

Mantan Menteri Luar Negeri Israel Shlomo Ben-Ami menulis di ASPI Strategist, kejadian ini telah menyentuh semua titik sensitif dalam konflik Israel-Palestina.

Kependudukan Israel di Yerusalem Timur, kontrol memalukan mereka atas Masjid Al-Aqsa, kenangan kejadian Nakba 1948 dan duka minoritas Arab di Israel adalah bahan bakar ketegangan kali ini.

Memang benar jika perseteruan urusan tempat tinggal di Sheikh Jarrah memang milik keluarga Yahudi sebelum 1948.

Baca Juga: Pantas Saja Militer Israel Tak Kalah-kalah, Hamas Sudah Tembakkan Lebih dari 2.000 Roket Tapi 90% Sukses Ditangkis, Semua Gegara Senjata Amerika Paling Canggih di Dunia Ini

Namun warga Palestina melihat kejadian itu sebagai bagian dari dorongan tak henti untuk "Yudaisme" Yerusalem, dan ketidakadilan yang mencook karena negara Israel sebagian dibangun di atas properti yang ditinggalkan para pengungsi Palestina.

Sementara Yahudi berjanji mengklaim kembali properti yang mereka miliki sebelum pendirian Israel, warga Palestina tidak.

Mereka yang menghadapi pengusiran di Sheikh Jarrah tidak bisa mendapatkan rumah-rumah mereka yang ada di Jaffa dan Haifa lagi.

Di permukaannya, ketegangan terbaru mengikuti model umum semua perang antar etnis.

Baca Juga: Hari Bencana 'Nakba', Ketika 800.000 Warga Palestina Diusir dengan Kejam Sedangkan Israel Mulai Merebut Tanah Mereka, Didukung oleh AS dan Inggris

Warga Muslim di tengah Ramadan meneriakkan slogan nasionalis dan perang dengan kelompok sayap kanan Israel yang meneriakkan 'kematian kepada warga Arab'.

Warga Israel berbaris dengan bendera nasonal pada Hari Yerusalem, menandai penangkapan Israel atas Yerusalem Timur dan Temple Mount di 1967.

Temple Mount adalah situs suci Kuil Kedua yang tertulis di alkitab, dan juga Al-Aqsa yang selesai tahun 705.

Peperangan di masjid Al-Aqsa dan sekitarnya kemudian merebak hebat, dengan para warga Muslim di dalamnya melempari batu kepada para polisi Israel, yang merespon dengan menembakkan amunisi karet bundar dan amunisi lain, melukai ratusan orang.

Baca Juga: Punya Puluhan Ribu Roket yang Siap Serang Iron Dome dan Bikin Israel Kewalahan, Kebanyakan Senjata Hamas Rupanya Dibuat Sendiri dengan Cara Seperti Ini

Namun meski begitu pengunjuk rasa Arab muda dapat mengklaim kemenangan, karena mereka berhasil memaksa penundaan Mahkamah Agung Israel untuk mengusir warga di Sheikh Jarrah.

Mereka juga memaksa kebijakan mengubah rute Hari Yerusalem jauh dari warga Muslim di kota tua itu.

Ketegangan ini adalah sisa dari ketegangan 1967, ketika kelompok Islamis mengundang warga Arab-Israel muda.

Kota-kota Arab-Yahudi yang seharusnya menjadi contoh keberadaan seperti Acre, Ramla, Jaffa dan Lod, meledak dalam kekerasan dan kerusakan.

Baca Juga: Bentrokan Israel Palestina Makin Berbahaya Pengamat Sebut Berpotensi Menjadi Perang Dunia III, Hal Ini Jadi Pemicunya

Lod diambil alih oleh geng Arab muda, tapi Yerusalem telah menjadi titik konflik, dengan menjadi kesempatan emas bagi Hamas untuk memenangkan dominasi atas kolaborator Israel di Otoritas Palestina Tepi Barat dan singkirkan kepemimpinan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, yang hampir mati.

Di bawah tekanan Israel, Abbas telah membatalkan pemilihan legislatif karena takut jika Hamas yang sudah menguasai Gaza sejak 2006 dapat menang dan memperluas kekuasaan mereka ke Tepi Barat.

Abbas membingkai keputusannya saat protes melawan penolakan Israel merebak, tapi kenyataannya kehadiran Otoritas Palestina di Yerusalem Timur sudah menghilang, dan kekuasaan dipegang oleh generasi Palestina muda sekuler yang mengubah Temple Mount menjadi simbol perlawanan mereka atas kependudukan Israel.

Dalam ketegangan baru-baru ini, Hamas menghubungkan semua kemungkinan yang diperlukan untuk meraih posisi strategis di pergerakan nasional Palestina.

Baca Juga: Kedekatan Amerika Serikat dan Israel Merupakan Rahasia Umum, Lantas Apa Alasan AS Begitu Membela Negara Yahudi Ini?

Mereka memposisikan sebagai pelindung Yerusalem dan Al-Aqsa, dan sebagai corong gerakan nasional dan keagamaan Palestina melawan Israel, serta sebagai suara minoritas Arab di Israel.

Namun bukan hanya Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga gunakan serangan ini sebagai ajang pencarian modal politik, karena posisi jabatannya terancam setelah empat pemilihan yang meragukan dalam dua tahun terakhir.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait