Intisari-online.com - Israel saat ini juga tengah melakukan serangan balasan untuk menyerang militer Palestina Hamas di Gaza.
Menurut Daily Express, pada Jumat (14/5/21) jumlah korban yang tewas akibat kekerasan yang berlangsung setidaknya ada 119 orang.
Israel juga melanjutkan pengeboman besar-besaran di Gaza sebagai tanggapan atas lebih banyak serangan roket oleh Hamas.
Israel mengklaim tidak ada serangan darat di Gaza meskipun telah mengirim pasukan darat.
Kekhawatiran serangan telah mendorong warga sipil Palestina untuk melarikan diri ke perbatasan menurut laporan terbaru.
Lebih dari 119 orang telah tewas sejak meningkatnya kekerasan pada (10/5), lantas benarkan situasi ini bisa meningkat menjadi Perang Dunia III?
Sejumlah pengamat mengkhawatirkan situasi ini bisa berpotensi meningkat, menjadi perang skala penuh.
Pasalnya, konflik mematikan di Israel semakin meningkat pada Jumat (14/5), setelah pasukan pertahanan Israel bergabung dengan serangan di Gaza.
Israel belum memasuki daerah itu, tetapi telah menyusun rencana operasi darat karena kekerasan meningkat.
Dalam sebuah pernyataan militer mengatakan, "Pasukan udara dan darat saat ini telah menyerang jalur Gaza."
Militer Israel mengatakan unit tank dan artileri di sisi perbatasan Israel bergabung dengan sekitar 160 pesawat untuk membombardir wilayah yang dikuasai Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, "Saya berkata kami akan menarik harga yang sangat mahal dari Hamas."
"Kami melakukan itu, dan kami akan terus melakukannya dengan kekuatan berat," tambahnya.
Menteri Pertahanan Benny Gantz memerintahkan "penguatan besar-besaran" pasukan keamanan untuk menekan kerusuhan internal yang telah menyebabkan lebih dari 400 orang ditangkap.
Dewan Keamanan PBB akan membahas kekerasan yang memburuk antara Israel dan militan Palestina pada hari Minggu.
Setidaknya 119 warga Palestina dilaporkan tewas sejak pertukaran dimulai pada hari Senin, termasuk 28 anak-anak dan 15 wanita, dan ada 830 orang terluka, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Militan Palestina mengatakan 20 pejuang mereka termasuk di antara yang tewas.
Namun, pejabat Israel mengklaim angka ini sebenarnya jauh lebih tinggi.
Otoritas Israel mengklaim delapan orang Israel telah tewas, termasuk dua anak dan satu tentara.
Hari paling mematikan dari konflik baru-baru ini terjadi pada Kamis, 13 Mei, pada saat Idul Fitri, hari yang menandai akhir Ramadhan.
Hampir setengah dari kematian dikonfirmasi sejak kekerasan mulai terjadi pada hari Kamis.
Padahari kelimabentrokan berlanjut pada hari Jumat, tidak ada tanda-tanda mereda.
Israel menembakkan artileri dan meningkatkan lebih banyak serangan udara terhadap militan Palestina di Jalur Gaza.
Pasukan Hamas terus menembakkan roket ke Yerusalem dan Tel Aviv sebagai pembalasan atas bentrokan polisi Israel dengan warga Palestina di masjid al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Netanyahu mengatakan Israel telah menyerang hampir 1.000 target militan di wilayah tersebut.
Utusan PBB untuk Timur Tengah mengeluarkan peringatan mengejutkan minggu ini yang mengklaim "kami meningkat menuju perang skala penuh".
Pejabat PBB Tor Wennesland berkata, "Segera hentikan apinya. Kami khawatir akan meningkat menuju perang skala penuh."
"Para pemimpin di semua sisi harus memikul tanggung jawab de-eskalasi," katanya.
"Biaya perang di Gaza sangat menghancurkan dan harus dibayar oleh warga sipil," imbuhnya.
"PBB bekerja dengan semua pihak untuk memulihkan ketenangan. Hentikan kekerasan sekarang," tambahnya.
Presiden Israel telah memperingatkan bahwa negara itu sedang mengalami "perang saudara yang tidak masuk akal" di tengah gelombang kekerasan jalanan yang meningkat.
Komentar emosional datang ketika gambar dan rekaman dramatis dari adegan di Israel terus dibagikan.
Banyak yang menunjukkan api merah menyala menerangi langit dengan ledakan yang memekakkan telinga menghantam wilayah tersebut.
Negara-negara internasional dan para pemimpin dunia telah berbicara menentang kekerasan yang menyerukan ketenangan.
Pejabat Mesir telah berbicara dengan kedua belah pihak seperti halnya pejabat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
AS telah mengirim seorang diplomat senior ke wilayah tersebut dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan suaranya kepada mereka yang menyerukan agar kedua belah pihak untuk menurunkan ketegangan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia "sangat prihatin" dengan kekerasan yang meningkat dan memperingatkan kedua belah pihak untuk "mundur dari tepi jurang".
Namun, sejauh ini belum ada tanda perdamaian.
Netanyahu mengatakan Hamas dan kelompok militan lainnya akan membayar mahal karena menembakkan serangan roket ke Israel, dan operasi itu akan berlanjut selama diperlukan untuk memulihkan ketenangan.