Bukan Tergiur Karena Simpanan Emasnya, Rupanya Ini Alasan Belanda dan Indonesia Ngotot Saling Sikut Ingin Kuasai Tanah Papua

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Peta Papua yang kini disebut dengan Irian Barat.
Peta Papua yang kini disebut dengan Irian Barat.

Intisari-online.com - Persoalan Papua memang terus memanas hingga saat ini.

Raungan dari negeri cenderawasih yang inginkan kemerdekaan terus bergema, hingga muncul Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Mereka dengan brutal melakukan segala upaya sebagai bentuk ancaman dari kelompok sparatis.

Hal ini membuat militer Indonesia turun tangan untuk menghentikan gejolak tersebut.

Baca Juga: Mencederai Perjanjian 1995, Campur Tangan Australia dalam Krisis Timor Leste 1999 dan Pemberitaan Papua Barat Menjadi Tanda Meruncingnya Masalah Ketidakpercayaan

Sementara itu, Papua sendiri bergabung dengan Indonesia, berkat jerih payah Presiden Indonesia pertama Soekarno.

Baginya Papua merupakan hal yang sangat penting sehingga setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia sangat ngotot merebutnya dari Belanda.

Menurut buku Bung Karno berjudul "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia", menempatkan Papua sebagai bagian penting dari Indonesia.

Dikatakan bahwa Indonesia tidak akan utuh tanpa adanya Papua di dalamnya.

Baca Juga: Setengah Mati Tentang Label Teroris KKB Papua, Usman Hamid Dipastikan Gigit Jari Kala Disodorkan Data Ini oleh Mahfud MD, Sangat Mengerikan

Semua berawal sejak masalah wilayah Indonesia, pada Konferensi Meja Bundar (KMB), tahun 1949.

Pada konferensi itu, Belanda menyatakan enggan menyerahkan separuh Papua, yang saat itu masih bernama Irian Barat kepada Indonesia.

Belanda enggan menyerahkannya dengan dalih Papua tidak termasuk bagian dari Indonesia, karena perbedaan etnis dan budaya.

Hal itu membuat Bung Karno kesal dengan Belanda, sehinggga pada akhirnya Indonesia memuruskan untuk melakukan operasi Trikora untuk merebut wilayah Indonesia paling Timur Itu.

Pada saat itu baik Indonesia maupun Belanda, mati-matian memperebutkan Papua bukanlah karena simpanan kekayaan alam yang menggiurkan.

Bagi Belanda kala itu, menguasai Papua membuatnya memiliki jejak di Asia, yang bisa membuatnya menunjukkan sisa-sisa kebesarannya.

Baca Juga: Sampai Bikin Mertua SBY Rela Sodorkan 'Leher' Dua Orang Kepercayaannya, Inilah Lodewijk Mandatjan, Pemimpin KKB yang Perjuangannya Paling Tulus Hingga Sudi Lakukan Ini

"Lalu bagi Belanda mengapa begitu menginginkannya? Agar memiliki pijakan kaki di Asia. Agar memiliki beberapa sisa-sisa kebesarannya pada waktu itu dulu. Hanya faktor psikologis semata. Kecuali orang Belanda memang kepala batu," ungkap Soeakarno.

Tekad Belanda mempertahankan Irian Barat begitu kuat pada tahun 1945 hingga 1949.

Sementara itu, di sisi Indonesia, keinginanan untuk menguasai Papua juga bukan karena kekayaan alamnya.

Pasalnya, kekayaan alam Papua baru terungkap beberapa waktu kemudian, dan belum diketahui pada tahun 1940-an.

Seperti yang diungkapkan oleh Council on Foreign Affairs, senpat ditegaskan oleh Bung Hatta bahwa Irian Barat harus diperjuangkan.

Alasan terkuat Papua harus bersatu menjadi bagian dari wilayah Indonesia, karena berdasarkan hasil kesepakatan rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Baca Juga: Tak Ingin Jadi Minoritas di Tanah Sendiri, Inilah Rasa Takut yang Jadi Cikal Bakal Berdirinya Kelompok Militan KKB Papua, Langkah Soeharto Redamkan Pemberontakan Justru Jadi Bumerang Serangan Lain

Dalam rapat tersebut dijelaskan bahwa, semua wilayah bekas jajahan Belanda masuk ke dalam kedaulatan NKRI.

Sementara itu, Bung Karno sendiri diam-diam telah mengetahui kekayaan alam Papua, namun berupaya melakukan pembangunan SDM dahulu di wilayah tersebut.

Seperti misalnya setelah dikuasai Indonesia, Bung Karno membangun Universitas Cenderawasih (Uncen) tahun 1962.

Artikel Terkait