Tetapi tugas yang paling menantang yang harus dihadapi pemerintah adalah penyebaran virus berita palsu, teori konspirasi, dan informasi yang belum diverifikasi.
Kesemuanya itu beredar di platform media sosial dan aplikasi berbagi pesan.
Pesan dan unggahan yang disampaikan dalam konten yang beredar itu berkisar mulai asal gelombang kedua di India, kemanjuran vaksin, dan saran untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan menggunakan pengobatan tradisional.
"Dari jumlah tersebut, informasi yang salah terkait kesehatan lebih umum dan beragam, diikuti oleh informasi yang salah terkait agama," Syed Nazakat, pendiri Health Analytics Asia, sebuah inisiatif pengecekan fakta, mengatakan kepada DW.
"Sebagian besar informasi kesehatan yang salah berkaitan dengan pandemi dan itu juga, ketika negara ini juga berada di tengah-tengah upaya vaksinasi besar-besaran," katanya.
Meremehkan sains
Namun dari pengamatan para pengamat dan aktivitis, hingga saat ini pihak berwenang belum mengambil tindakan yang cukup untuk menghentikan informasi yang salah tersebut.
Terbukti dari beberapa tokoh masyarakat dan pejabat senior sendiri bertanggung jawab atas tingginya infeksi saat ini.
Seperti yang terjadi pada pertengahan April, ketika jumlah kasus Covid-19 mulai meroket.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR