Intisari-Online.com - Memburuknya krisis Covid-19 di Indonesia dengan penambahan ratusan ribu kasus harian berimbas pada melonjaknya angka kematian.
Hal ini berimbas pada krematorium yang tidak sanggup menampung semua jenazah karena kehabisan tempat.
Banyak orang pun harus mengantre untuk memberikan penguburan yang layak untuk anggota keluarganya yang meninggal karena Covid-19.
Selain itu, rumah sakit di India mulai kehabisan oksigen dan meminta keluarga untuk mencari oksigen secara mandiri.
Ledakan infeksi, yang sebagian disebabkan oleh varian virus baru serta peristiwa politik dan keagamaan massal, telah membanjiri rumah sakit dengan kekurangan tempat tidur, obat-obatan, dan oksigen yang parah.
Meskipun aksi unjuk rasa disalahkan sebagai salah satu penyebab infeksi, India terus maju dengan pemilihan negara bagian.
Orang-orang memasuki ke tempat pemungutan suara dengan sedikit memikirkan jarak sosial.
Beberapa memakaimasker tetapi yang lain menggantung longgar di dagu atau di telinga mereka.
Kota-kota dan negara bagian di India kini telah bergegas untuk melakukan tindakan penguncian baru ketika krisis memburuk.
Tetapi India, masih membuka pembicaraan tentang lockdown nasional lainnya.
Tampaknya strategi pemerintah India adalah mencoba melakukan vaksinasi sebanyak mungkin sebagai jalan keluar dari krisis.
Namun, pada Kamis (29/4/2021), Menteri kesehatan Delhi Satyendar Jain, memperingatkan bahwa pihaknya “tidak memiliki sisa vaksin,” dan belum diberi jadwal kapan lebih banyak vaksin covid-19 kemungkinan akan dikirimkan.
“Kami tidak memiliki vaksin sampai sekarang. Kami sudah mengajukan permintaan ke perusahaan terkait vaksin, kami akan beritahu Anda kapan itu datang,” katanya melansir Daily Mail.
Sampai lockdown memperlambat infeksi atau cukup banyak orang yang divaksinasi untuk menghentikan penyebaran virus, kecil kemungkinan krisis India akan mereda.
Kota-kota seperti Delhi dan Mumbai adalah pusat awal infeksi, namun virus tersebut kini telah menyebar ke lebih banyak daerah pedesaan. Petugas medis mengatakan orang-orang beralih ke dukun untuk membantu mereka.
Dr Ashita Singh, kepala pengobatan di Rumah Sakit Kristen Chinchpada di bagian terpencil negara bagian Maharashtra Mumbai, mengatakan melihat peningkatan jumlah pasien.
Tapi mereka datang dengan tanda cap yang diberikan oleh dukun untuk mengusir 'roh' yang mereka yakini menyebabkannya infeksi. Yang lain mengandalkan pengobatan herbal.
Sementara beberapa telah meninggalkan desa mereka, karena takut setan yang diyakini menyebarkan penyakit, membantu infeksi menyebar lebih jauh dan lebih cepat.
Mereka yang mencari pertolongan di rumah sakitnya, yang hanya diperlengkapi untuk menangani 80 pasien.
Namun itu seringkali datang hanya sebagai upaya terakhir, tambahnya, dan biasanya terlalu sakit untuk diselamatkan.
Krisis ini sangat parah di New Delhi, dengan orang meninggal di luar rumah sakit yang penuh sesak di mana tiga orang sering terpaksa berbagi tempat tidur.
Berbicara kepada Radio 4, dia berkata: “(Ada) banyak ketergantungan pada pengobatan asli, dalam kepercayaan kuno.
“Kami memiliki banyak pasien yang berada di bangsal kami memiliki bekas luka di perut mereka. Itu karena mereka pertama kali pergi ke dukun yang memberi mereka cap besi panas dengan harapan roh jahat yang diyakini menjadi penyebab penyakit ini akan terusir.”
Menurut Singh, dukun menjadi tujuan pertama warga pedesaan. Hanya sebagian kecil yang akan datang ke rumah sakit, sebagian besar akan pergi ke dukun atau praktisi pribumi. Di sana mereka akan mendapat obat herbal untuk penyakit mereka.
"Banyak waktu terbuang dan orang-orang datang sangat terlambat dan sangat sakit, dan banyak dari mereka tidak pernah datang ke rumah sakit. Jadi apa yang kita lihat di rumah sakit sebenarnya hanyalah puncak gunung es."