Dijelaskan, bentrokan baru berasal dari pemilihan presiden pada hari-hari terakhir tahun 2020, yang dikatakan telah memperburuk kondisi kehidupan penduduk yang sudah ekstrim dan sulit.
Sebuah koalisi yang terdiri dari pihak-pihak yang bertikai sebelumnya menembaki pasukan pemerintah dan pasukan PBB di seluruh negeri, juga memasuki ibu kota dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah.
Untuk menjaga perdamaian di negaranya, Presiden Faustin-Archange Touaderá bergantung pada misi PBB MINUSCA serta pemain asing lainnya, di antaranya Rusia dan Prancis.
Dikatakan, itu pun memperumit situasi yang sudah bergejolak dan rapuh di negara di jantung Afrika tersebut.
Kini, meskipun kehidupan tampaknya telah kembali normal di ibu kota Bangui, tapi konsekuensi dari konflik baru langsung terlihat di seluruh negeri, kata Saa Millimono, koordinator lapangan bantuan kemanusiaan.
“Harga makanan dan barang kebutuhan pokok lainnya telah meningkat pesat. Ini adalah hasil dari blokade yang diberlakukan oleh koalisi kelompok bersenjata antara Bangui dan Douala di Kamerun, pelabuhan pasokan utama. Selain itu, provinsi lain tidak dapat disuplai dari ibu kota, yang menjadi perhatian utama," jelasnya.
Setelah serangan besar-besaran di pinggiran Bangui, perjalanan di sebagian besar negara itu sangat dibatasi.
Sementara pemerintah telah mengeluarkan jam malam dan secara aktif mengurangi pergerakan orang, dengan tetap membatasi pergerakan pemerintah dan pasukan sekutu.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR