Intisari-Online.com - Salah satu negara paling korup di dunia, Venezuela menghadapi kondisi perekonomian yang kacau.
Krisis ekonomi melanda negara ini meski Venezuela dikenal sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia.
Korupsi dan kebijakan pemerintah yang gagal selama beberapa tahun menyebabkan ekonomi Venezuela runtuh.
The New York Times menyebut krisis terebut sebagai yang terburuk di dunia yang pernah dilihat di luar perang.
Dikatakan, lebih dari 3 juta orang Venezuela telah meninggalkan negara itu sejak krisis dimulai.
Produksi minyaknya tak lagi bisa diandalkan. Dari 3,5 juta barel per hari pada 1970-an, negara itu hanya memproduksi sekitar 1,5 juta barel per hari saat ini, menurut Forbes.
Penurunan produksi itu sebagian besar disebabkan oleh penanganan industri yang buruk setelah pengambilalihan negara di bawah mantan presiden Hugo Chavez dan Presiden Maduro.
Sementara melansirEva.vn (14/3/2021), Terjadinya penurunan harga minyak yang berujung pada penurunan impor dan defisit fiskal semakin membebani perekonomian Venezuela.
Hal itu memaksa bank sentral untuk mencetak lebih banyak bolivar (mata uang Venezuela).
Namun, menurut data terakhir per Januari 2021, tingkat inflasi Venezuela mencapai 2.556%.
Hiperinflasi yang berlangsung selama bertahun-tahun dan jatuhnya nilai bolivar pun menyebabkan rakyat Venezuela menggunakan uang kertas USD untuk banyak transaksi harian.
Selain mencetak uang, dalam upaya untuk menjauhkan warga dari kemiskinan yang parah, Maduro secara rutin menetapkan kenaikan upah minimum negara, namun upaya ini disebut sia-sia. Terlebih, mengingat adanya tingkat pengangguran yang tinggi di Venezuela.
Bukan hanya kekacauan perekonomian yang harus dihadapi Venezuela.
Melansir telegraph.com.uk, Venezuela juga disebut sebagai tempat yang berbahaya.
Negara ini memiliki jumlah kematian terkait senjata tertinggi kedua di dunia (59,13 per 100.000 penduduk per tahun), setelah Honduras.
Sementara ibu kotanya, Caracas, memiliki tingkat pembunuhan yang mengejutkan 119,87 per 100.000 penduduk per tahun, merupakan yang terburuk dari sebagian besar kota.
Hal itu sampai membuat Kantor Luar Negerinya menyarankan agar orang-orang tidak bepergian ke sebagian besar negara.
"Ada ancaman tinggi dari kejahatan kekerasan dan penculikan di seluruh Venezuela. Berhati-hatilah setiap saat, termasuk saat tiba di negara tersebut," katanya.
Sementara demonstrasi dan protes politik besar-besaran telah terjadi di Caracas dan kota-kota lain sejak awal April 2017.
Bahkan, sebelum pandemi menyerang dunia, warga di negara ini begitu tak leluasa bepergian mengingat bahaya di berbagai kota di Venezuela.
Demonstrasi dan protes telah menyebabkan penangkapan, cedera, hingga kematian.
Selain berbahaya karena situasi politiknya, Venezuela juga menjadi tempat berbahaya untuk mengemudi.
Menurut angka Organisasi Kesehatan Dunia, negera ini punya 37,2 kematian di jalan raya per 100.000 penduduk per tahun.
Hanya empat negara yang memiliki angka kematian lebih tinggi: Eritrea, Republik Dominika, Libya dan Thailand.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini