Intisari-Online.com - Kekhawatiran pecahnya Perang Dunia III belakangan semakin menggema dengan konflik yang terjadi di antara negara-negara di dunia.
Termasuk ketegangan di antara kekuatan besar Amerika Serikat (AS) dan China yang berselisih dalam berbagai hal, mulai dari masalah virus corona, perdagangan, hingga konflik di Laut China Selatan.
Selain AS dan China, ada berbagai konflik-konflik lain yang juga dikatakan bisa menjadi tempat pecahnya Perang Dunia III, seperti Israel dan Iran, AS dan Iran, Kashmir, AS dan Turki, hingga AS dan Korea Utara.
Istilah Perang Dunia III sendiri telah lama digunakan di dunia untuk menggambarkan perang besar-besaran yang terjadi setelah Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Sebelum kembali menggema belakangan ini, berbagai prediksi Perang Dunia III telah digambarkan sebelumnya.
Salah satunya datang dari enam tahun lalu ketika muncul kekhawatiran perang China-AS.
Dikutip dari artikel time.com(30/6/2015)oleh penulis PW Singer dan August Cole, "Perang AS-China tidak bisa dihindari" surat kabar resmi Partai Komunis People's Dailymemeringatkan setelah militer berhadapan dengan hak lintas dan pulau-pulau buatan yang dibangun di wilayah yang disengketakan.
Sementara jajak pendapat tahun 2014 oleh pusat AS-Asia Perth, menemukan bahwa 74% orang China berpikir militer mereka akan menang dalam perang dengan AS.
Dijelaskan bahwa perang bisa dimulai melalui sejumlah jalur, yaitu, satu, perang dunia terjadi melalui tindakan yang disengaja, yang lainnya adalah krisis yang lepas kendali.
"Dalam beberapa dekade mendatang, perang mungkin terjadi secara tidak sengaja, seperti oleh dua kapal perang yang saling bertukar cat di dekat terumbu yang bahkan tidak ditandai pada peta bahari."
"Atau itu bisa lambat terbakar dan meletus sebagai penataan ulang sistem global pada akhir 2020-an, periode di mana pembangunan militer China sedang dalam kecepatan yang sesuai dengan AS," kata Singer dan Cole.
Dalam perang yang mungkin terjadi, ketika perencana militer dan pemimpin politik di semua sisi yang menganggap pihak mereka akan menjadi pihak yang menang, disebut merupakan faktor yang membuat skenario mana pun lebih berisiko.
Digambarkan bahwa konflik kekuatan besar akan sangat berbeda dari perang kecil yang biasa dilakukan AS.
Kemudian pada gilirannya, pihak yang lain berpikir untuk mengungkapkan kelemahan Amerika yang baru.
Dikatakan kekuatan besar dapat berperang di semua domain.
Selain itu, disebut pertempuran abad ke-21 juga akan melibatkan pertempuran untuk menguasai dua domain baru.
Dijelaskan bahwa dua domain yang dimaksud adalah ruang angkasa dan dunia maya.
"Sumber kehidupan komunikasi dan kontrol militer sekarang mengalir melalui ruang angkasa, yang berarti kita akan melihat pertempuran pertama umat manusia untuk memperebutkan surga."
"Demikian pula, kita akan belajar bahwa "perang dunia maya" lebih dari sekadar mencuri Nomor Jaminan Sosial atau email dari para eksekutif Hollywood yang bergosip, tetapi menghapus sistem saraf militer modern dan senjata digital gaya Stuxnet."
Sehingga, "Pergeseran pikiran total diperlukan untuk realitas baru tersebut."
Dalam setiap pertarungan sejak 1945, pasukan AS sendiri telah menjadi generasi terdepan dalam teknologi, memiliki senjata berkemampuan unik seperti kapal induk bertenaga nuklir.
Namun, diyakini bahwa itu tidak selalu diterjemahkan menjadi kemenangan yang menentukan, meski itu telah menjadi keunggulan yang diinginkan setiap negara lain.
Pasalnya, platform tersebut tidak hanya rentan terhadap senjata kelas baru seperti rudal jarak jauh, dicontohkan China, saat itu mengambil alih Uni Eropa dalam pengeluaran litbang dan berada dalam kecepatan untuk menyamai AS dalam lima tahun.
Juga karena teknologi siap pakai dapat dibeli untuk menyaingi bahkan alat paling canggih di gudang senjata AS.
Seperti itulah pembicaraan enam tahun lalu tentang Perang Dunia III abad ke-21.
Sampai saat ini, diketahui peningkatan teknologi militer terus dilakukan oleh negara-negara di dunia, termasuk China dan AS. Seperti misalnya penciptaan 'Tentara Super' yang terus mendapat perhatian dunia.
Beberapa waktu lalu, China dilaporkan sedang membangun tentara generasi mendatang dengan kemampuan ala tokoh-tokoh pahlawan super di buku-buku komik, seperti yang dilaporkan analisis badan intelijen AS.
Sementara AS juga kabarnya sempat memulai pengembangan seragam pelindung canggih bagi personel militer yang disebut Tactical Assault Light Operator Suit, disingkat TALOS.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini