Intisari-Online.com - Indonesia tengah berduka dengan tenggelamnya KRI Nanggala-402 di perairan laut utara Bali.
Kapal selam yang membawa 53 awak terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata tersebut dinyatakan tengelam atau isyarat subsunk pada Sabtu (24/4/2021), setelah tiga hari sebelumnya dinyatakan hilang kontak.
Kapal selam ini hendak melakukan latihan tembak torpedo ketika kemudian dinyatakan hilang kontak.
Saat seharusnya menjadi jadwal penembakan bagi KRI Nanggala dan pemanggilan terus dilakukan, kapal selam ini tetap tidak ada respons.
KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam yang dibeli Indonesia pada tahun 1981.
Ia merupakan kapal selam kedua yang dimiliki Indonsia setelah kapal selam Cakra.
Lebih dari 40 tahun memperkuat TNI, kapal selam ini telah banyak berjasa bagi Indonesia.
Berbagai misi berbahaya telah banyak melibatkan kapal selam buatan Jerman ini, termasuk menjaga kawasan konflik Indonesia dengan Malaysia.
Dikutip dari lama resmi TNI, pada Oktober 1990, KRI Nanggala menjalankan misi intelijen di Timor Leste.
Kapal selam ini bertugas bersama KRI Cakra untuk melacak pergerakan Pasukan Internasional untuk Timor Timor (INTERFET).
Kemudian pada 2004, KRI Nanggala yang bertugas di Samudera Hindia berhasil menenggelamkan KRI Rakata, kapal tunda samudera buatan tahun 1942.
Itu dilakukan dengan torpedo SUT dalam Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04.
Pada 2005, KRI Nanggala mencatatkan sepak terjangnya dengan bertugas untuk menjaga kawasan konflik Indonesia dengan Malaysia.
Pada 8 April 2005 terjadi sebuah konflik blok Masela.
Ketika itu, KRI Tedong Naga (819) dari Indonesia terpaksa harus menyeret Kapal Diraja Rencong milik AL Malaysia di Kalimantan Timur.
Itu dilakukan karena Kapal Diraja Rencong milik Malaysia melakukan manuver-manuver yang membahayakan pembangunan mercusuar Karang Unarang di kawasan tersebut.
Selanjutnya pada tahun 2015 lalu, KRI Nanggala-402 bergabung dalam Satuan Tugas Perisai Nusa-15 untuk melaksanakan Operasi Siaga Tempur Laut.
Operasi tersebut meliputi pencegahan dan penindakan pelanggaran wilayah perairan yuridiksi nasional Indonesia kawasan Timur dalam rangka mendukung Tupok TNI.
Dalam Operasi Siaga Tempur Laut, KRI Nanggala dianggap sangat mendukung karena mempunyai efek tangkal yang tinggi dari bawah laut.
Itulah sederet jasa KRI Nanggala-402 bagi Indonesia sebelum tenggelam dan menyelesaikan tugasnya menjaga kedaulatan Indonesia.
Korps Hiu Kencana, Satuan Khusus Kapal Selam TNI yang Anggotanya Gugur di KRI Nanggala
Sementara itu, Korps Hiu Kencana merupakan satuan khusus yang para anggotanya menjadi awak kapal selam KRI Nanggala-402.
Korps Hiu Kencana pun menjadi pihak yang berduka dalam insiden tenggalamnya kapal selam tersebut.
Melansir Kompas.com, Korps Hiu Kencana atau Satkalsel Koarmada II merupakan satuan khusus yang didirikan pada 12 September 1959.
Satuan kapal selam itu berdiri berbarengan dengan tibanya dua kapal selam Whiskey buatan Rusia.
Sejak didirikan, Korps Hiu Kencana sendiri telah berhasil melaksanakan beragam operasi strategis, mengoperasikan 12 kapal selam yang pernah dimiliki Indonesia (1959-1962).
Tidak sembarang orang bisa menjadi anggota korps Hiu Kencana. Selain fisik, dibutuhkan pula mental yang kuat.
Untuk itu, setelah menjadi kru kapal selam, para prajuritnya pun secara rutin dipantau keadaan fisik dan psikisnya enam bulan sekali
Kini dengan tenggelamnya KRI Nanggala, satuan khusus ini mengoperasikan empat kapal selam TNI AL yang tersisa yakni KRI Cakra-401, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini