Intisari-Online.com -Tenggelamnya KRI Nanggala-402 telah memunculkan harapan pemerintah untuk mempertimbangkan ulang pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas.
Setelah 53 prajurit terbaik Indonesia gugur di kedalaman 830 meter perairan Bali, desakan untuk segera menghentikan pembelian alutsista menguat.
Salah satunya dilontarkan oleh anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha
"Hentikan hibah atau pembelian alutsista yang bekas agar peristiwa jatuhnya para prajurit kita yang gugur tidak selalu membekas di benak kita," kata Syaifullah, seperti dilansir Kompas.com, Senin (26/4/2021)
Terkait khusus dengan KRI Nanggala-402, komandan kapal selam tersebut,Letkol Laut (P) Heri Oktavian, pernah mengutarakan keluh kesahnya.
Heri mengeluhkan kualitas kapal selam bekas yang hendak dibeli padahal, menurutnya, masih ada cara lain untuk membeli kapal selam bekas namun tetap berkelas.
Hal itu terungkap lewat penuturan wartawan Harian Kompas sekaligus sahabat dekat Heri Oktavian dalam sebuah video.
Dalam video yang tayang di akun YouTube Harian Kompas (25/4/2021) tersebut, bahkan terungkap Heri pernah secara blak-blakan mengutarakan kecemasannya.
Pada 2020, muncul sebuah wacana bahwa Indonesia akan membeli beberapa kapal selam bekas dari Jerman untuk memperkuat armada lautnya.
Edna menuturkan bahwa Heri yang pernah mengenyam pendidikan di Jerman, mengetahui dengan baik kondisi kapal selam di negara tersebut.
Pengetahuan ini pula yang pada akhirnya membuat Heri, menurut Edna, sangat gelisah bukan main.
Sebab, lulusanRajaratnam School of International Studies, Singapura, mendapatkan informasi tentang kapal selam bekas yang akan dibeli.
"Bekasnya bekas banget," tutur Edna meniru ucapan karibnya Heri, dalam video berjudul "Letkol Heri Oktavian, Sosok Idealis dan Kritis, Komandan KRI Nanggala-402".
Apalagi, informasi yang didapat Heri saat itu menyebut bahwa kapal selam yang akan dibeli diproduksi sebelum tahun 1980.
Padahal, KRI Nanggala-402 sendiri saja diluncurkan pada tahun 1980.
"Kalau bekasnya lebih tua dari Nanggala kan aneh," ucap Heri yang dituturkan oleh Edna.
Heri sendiri, menurut Edna, bukan tidak memahami bahwa pemerintah memiliki keterbatasan dana.
Namun, sebagai pengguna langsung dari kapal-kapal selam yang rencananya akan dibeli tersebut, Heri berharap untuk tidak membeli kapal selam yang terlalu uzur.
Sebuah pernyataan yang menurut Edna, sebagai seorang wartawan, juga muncul dalam pikirannya.
Heri sendiri bukannya tanpa ide sama sekali dalam hal mengakali keterbatasan dana militer Indonesia.
Dia juga memiliki ide agar pemerintah Indonesia membeli kapal selam bekas untuk memperkuat Korps Hiu Kencana.
Tapi, tidak sembarang kapal selam bekas yang direkomendasikan Heri untuk dibeli Indonesia.
Dia menyarankan pemerintah Indonesia bersabar menunggu kapal selam bekas namun masih berusia di atas lima tahun.
Caranya, mengamati secara baik negara-negara yang baru membeli kapal selam bekas namun kondisi ekonomi dan politiknya tidak stabil.
"Misalnya dari negara yang tiba-tiba enggak bisa bayar atau terjadi pergantian politik," ujar Edna mengulang ucapan Heri.
Dengan cara ini, Indonesia bisa memiliki kapal selam bekas namun berkelas yang benar-benar siap bertempur.
Dan yang jelas, tidak membahayakan awaknya sendiri, seperti kisah KRI Nanggala-402.