Intisari-online.com - Perang Dunia III sebenarnya telah berulang kali hampir terjadi tanpa disadari.
Pertemuan antara pesawat pengintai supersonik SR-71 Blakcbird Amerika dengan pesawat pencegat MiG-31 Soviet ini salah satunya.
Momen ini mungkin sedikit diceritakan, namun dianggap peristiwa paling berbahaya di dunia, salah sedikit bisa memicu Perang Dunia III.
Menurut 24h.com.vn, peristiwa itu terjadi pada 6 Oktober 1986 silam.
SR-71 Blackbird Amerika ditugaskan untuk misi pengintaian di luar wilayah Rusia di pantai Murmansk.
Pesawat pengintai supersonik itu kemudian memantau armada kapal selam rudal balistik Soviet.
SR-71 Blackbird dengan cepat menyadari bahwa itu bukan satu-satunya pesawat di langit.
Informasi baru tentang pertemuan bersejarah ini, yang hampir memicu Perang Dunia II.
diungkapkan oleh sejarawan Inggris Paul Cricmore dalam buku barunya "Lockheed Blackbird, Beyond the Secret Missions".
Dalam buku tersebut, mantan pilot Letkol Ed Yeilding menggambarkan momen mengerikan saat itu.
"Pada jarak 160 km, saya bisa melihat pilar asap putih yang panjang saat pesawat Soviet melaju ke arah kami, tetapi di ketinggian yang lebih rendah," kata Ed Yeilding.
Mantan pilot AS berkata, "Saya tahu bahwa itu adalah pesawat tempur Soviet, mungkin MiG-31, pesawat pencegat Soviet paling modern."
"Saya menggunakan teropong untuk melihat kolom asap putih panjang yang ditinggalkan pesawat yang kami terbangi," katanya.
"Saya tahu bahwa pesawat Soviet dapat dengan mudah melihat asap putih seperti kita. Saya membayangkan pilot Soviet seperti saya, dengan hasrat terhadap penerbangan dan selalu berusaha melakukan yang terbaik," kata Ed Yeilding dalam buku yang baru diterbitkan itu.
Ed Yeilding berkata, "Saya yakin bahwa pilot Uni Soviet akan menerima perintah untuk meluncurkan rudal, jika SR-71 Blackbird tidak berubah arah dan memasuki perairan di bawah kedaulatan Soviet."
"Kami tidak dilengkapi dengan sistem pertahanan seperti perangkap umpan rudal anti-termal. Tapi kemungkinan SR-71 Blackbird ditembak jatuh juga cukup rendah karena kecepatan dan ketinggiannya," kata mantan pilot AS itu.
"Terbang lurus ke arah satu sama lain dengan kecepatan supersonik, saya teringat dua ksatria pemberani yang memegang tombak mereka dan menabrak satu sama lain. Dalam hal ini, hanya saya yang tidak bersenjata," tambah Ed Yeilding.
"Untuk tetap hidup, Mayor Curt Osterheld dan saya berusaha untuk mempertahankan posisi jauh di luar Uni Soviet jika terjadi serangan,"kata mantan pilot AS itu menceritakan momen ngeri itu.
"Kita hanya bisa mengandalkan kecepatan supersonik dan ketinggian seandainya misil diluncurkan," tambahnya.
Letkol Ed Yeilding mengatakan jarak terdekat kedua pesawat itu sekitar 13 km. MiG-31 terbang lebih rendah 3.000 meter.
Pada akhirnya, pilot Amerika dan Soviet saling berpapasan dan tidak terjadi apa-apa. Ketika MiG-31 mencapai cakrawala, Ed Yeilding dan krunya yakin mereka aman.
Sejarawan Crickmore, yang berpartisipasi dalam kendali lalu lintas udara Worcstershire mengatakan bahwa jika SR-71 Blackbird ditembak jatuh, ini akan menjadi salah satu insiden paling serius.
"SR-71 ditembakkan oleh Korea Utara saat terbang di atas zona demiliterisasi pada tahun 1967. Bahkan dengan tembakan yang meleset, Korea Utara telah menunjukkan betapa seriusnya mereka," kata Crickmore.
SR-71 Blackbird adalah pesawat pengintai tercepat dan beroperasi di ketinggian tertinggi saat itu. Pesawat meluncur di ketinggian 24.300 meter, dengan kecepatan lebih dari 3.200 km/jam.
Pada tahun 1960, pilot pesawat mata-mata U-2 AS ditembak jatuh oleh Uni Soviet di atas kota Sverdlovsk. Pesawat itu kemudian beroperasi di ketinggian 21.300 meter.
Pengemudinyapilot Gary Powers masih selamat, tetapi ditawan dan dikembalikan ke tanah airnya setelah AS dan Uni Soviet bertukar tahanan.