Intisari-online.com - Banyak orang mungkin mulai jengah dengan pemberitaan terkait Covid-19 yang belum mereda.
Namun, faktanya dunia mencatatkan bahwa pandemi ini belum berakhir.
Seperti yang dilaporkan belakangan ini, India menjadi negara yang mengalami krisi terparah akibat Covid-19 yang merajalela di negaranya.
Bahkan saking parahnya, negara itu menjadi sorotan dunia, dan beberapa orang di dalamnya sampai melarikan diri dari India.
Menurut 24h.com.vn, pada Sabtu (24/4/21), orang super kaya di India, sampai melarikan diri dari negaranya demi membebaskan diri dari Covid-19.
Menurut Daily Beast, delapan jet pribadi disiapkan untuk membawa keluarga super kaya di India.
Mereka ingin kabur dari negaranya yang tengah dalam kondisi yang carut-marut tak karuan.
Bahkan beberapa waktu lalu, sebuah pesawat sewaan dilaporkan masuk ke Indonesia, dan isinya ternyata adalah orang India.
Kembali pada masalah di atas, orang-orang super kaya di India ini terungkap menuju London pada Jumat (23/4) dini hari.
Padahal tanggal yang sama Jumat (23/4), Inggris menempatkan India pada peringkat merah, untuk pandemi Covid-19.
Semua warga negara India dilarang memasuki Inggris.
Sementara warga Inggris dari India yang ingin kembali ke negara asalnya harus tinggal di karantina selama 10 hari di hotel yang ditunjuk pemerintah.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membatalkan kunjungan kenegaraan ke India minggu depan dengan alasan "pencegahan".
Pesawat terakhir yang membawa keluarga super kaya India ke Inggris tercatat pada pukul 3:15 pagi, hanya 44 menit sebelum larangan masuk diberlakukan.
VistaJet Bombardier Global 6000 dengan cepat lepas landas dari Dubai pada 22 April dan mendarat di Mumbai untuk menjemput anggota keluarga, sebelum mendarat di London.
Jet pribadi pergi, meninggalkan pemandangan yang mengerikan selama wabah Covid-19 kedua di India.
Setidaknya 14 pasien Covid-19 meninggal dalam kebakaran di unit perawatan intensif (ICU) di salah satu rumah sakit yang penuh sesak sekitar 110 km dari Mumbai.
Kepanikan terjadi pada pukul 3 pagi pada tanggal 23 April (waktu setempat).
Sebagian besar korban kematian adalah orang yang diintubasi, sehingga sulit bergerak.
Pada 24 April, India mencatat 346.786 kasus Covid-19 dalam 24 jam, level tertinggi di dunia.
Ini juga merupakan hari ketiga berturut-turut di mana India mencatat jumlah infeksi per hari melebihi 300.000 kasus.
Perdana Menteri India Narendra Modi telah menerima kritik karena sejauh ini tidak memerintahkan blokade nasional.
Kerumunanorang-orang menjelang pemilu bulan Mei juga dipandang sebagai acara yang sangat menular.